December Special [Drabble]

December can make you happy more than everymonth you have been past.
-
“September?”

“Bukan.”

“Oktober?”

“Bukan juga.”

“November?”

“Salah.”

Aku memutar bola mata sebal. “Jadi bulan apa?” tanyaku judes.

Kamu mengerling tanpa niat menjawab. “Pikirin dong.” Balasmu santai.

“Petunjuk lain deh,” bujukku padamu yang kini tengah menyesap kopi hitammu yang masih mengepulkan asap.

“Akhiran ‘ber’ yang sangat istimewa.” Katamu setelah sesapan pertama selesai. Aku mendengus. Merasa dipermainkan, karena tak kunjung mendapat pecerahan atas segala petunjuk yang telah kamu berikan.

“Ya mana aku tau kalau ada bulan ‘ber’ yang istimewa buat kamu.” Protesku keras. Merasa sudah tidak ada harapan lagi dengan permainan tebak – tebakan berhadiah macam ini. Kamu kemudian terkekeh. Menyisakan gemuruh debar pada rongga dadaku yang lemah akan pesona tawamu.

“Namanya juga tebak – tebakan. Ya ditebak lah.”

“Kalau gamau kasih tau bilang aja kalik. Alibi banget pake main tebakan segala.”

Tanganmu bergerak kesamping, menggeser gelas kaca yang isinya tinggal setengah. “Untuk mendapatkan suatu hasil, ya kamu harus usaha dong.”

Aku mendengus. Merasa tidak terima pada statement mu barusan. Hei, tolong katakan itu ketika kamu sedang bekaca. Siapa disini yang tidak berusaha untuk mendapatkan sebuah hasil? Aku sudah memberimu seribu kode pada seluruh akun media social yang aku punya hanya untuk mengatakan bahwa aku merindukanmu, tapi apa? Hasilnya adalah apa yang paling tidak aku harapkan.

Ya, tentu saja kamu langsung menghubungi teman satu kosanmu untuk menemuiku. Berseru sok tau tentang aku yang merindukan temanmu. Dasar lelaki tidak peka. Syukurnya, hal itu terjadi beberapa tahun silam dan hanya menyisakan geli bercampur dongkol di ingatanku.

“Apa susahnya kasih tau sih? Ntar juga ada di undangan kan.”

Kamu mengedikkan bahu tidak menyerah. “Tebak dulu. Hasilnya bakal lebih special kalau kamu berhasil nebak.”

Sekali lagi, aku memutar bola mata dongkol. For your information, aku sudah menyebutkan seluruh bulan dengan akhiran ‘ber’ dari satu tahun dua belas bulan periode bumi. Tapi tunggu sebentar. Sepertinya ada yang tertinggal. Aku mengangkat satu tanganku, lantas menghitung dalam hati mulai dari September, Oktober, November, dan…

“DESEMBER?!” aku berseru kencang tanpa sadar. Mengabaikan fakta bahwa sekarang kita sedang berada di kedai kopi yang ramai pengunjung.

Senyummu terkulum manis. Dengan satu tangan yang kamu masukkan kedalam tas, merogohnya entah mencari apa. Aku melongok. Menungggu dengan antusias sesuatu yang akan kamu keluarkan.

Dan sebuah undangan dengan design sederhana berdominasi warna biru langit mendarat indah di depan kedua tanganku yang terlipat diatas meja. Aku mendongak semangat setelah menatap sekilas undangan dengan ukiran bunga tulip darimu.

“Kamu yang terbaik!” pujiku tak tanggung tanggung mengacungkan dua ibu jari sekaligus padamu.

“Siapa dulu dong.”

“Calon suamiku. Hehehehe,”

Untuk pertama kalinya setelah 7 tahun lebih mengenalmu, aku melihatmu tersipu. Lucu sekali. Kedua telingamu memerah sempurna dengan dua bola mata kembar yang menatap berbinar kearahku. Bibirmu sudah megap – megap. Jelas sekali ingin berkata sesuatu tapi tertahan oleh sipu yang kamu rasakan. Aku tertawa dalam hati. bersyukur setengah mati tentang kamu yang menjadi jodohku.

“Aku pilih Desember karna kamu banget loh.” Celetukmu kemudian setelah puas tersipu.

Aku hanya mengangguk seadanya. Meyakini betul alasan tentang bulan Desember pada undangan pernikahan kita.

“Terimakasih ya, Pang.”

“Tumben panggil namaku?” Kamu kembali menyesap kopi hitam mu yang mungkin sudah berkurang panasnya.

“Pingin aja.” Ujarku jujur. Sesekali ikut menyedot pelan Juice Melon yang tadi kupesan. “Ipang.” Lanjutku sambil menatap dalam pada setiap inci wajah manismu.

“Iya. Sama – sama, Ira,” balasmu. “Ku.” Ditambah imbuhan kepemilikan diakhirnya.

Aku meringis. Tidak tahu harus bagaimana atas segala ucapan menggelikan kita berdua.

Kepada bulan Desember yang selalu special, aku berterimakasih.

Terimakasih karena memilihku sebagai satu dari sekian ribu orang yang lahir di bulan se-special bulanmu. Terimakasih karena sudah mempertemukan aku dengan makhluk pencinta kopi di depaku ini pada musim hujan yang sama indahnya. Terimakasih untuk satu tahun penuh yang kamu ajarkan padaku, perihal sabar dalam menunggu, juga teguh pada percaya.

Terimakasih, karena pada Desember yang berikutnya kamu kembali mempertemukan aku dengan dia yang sekarang sedang menatap jenaka pada dua anak kembar yang tidak sengaja melewati meja kami. Terimakasih, karena sudah menjadi bulan special untukku. Juga, terimakasih. Karena pada Desember yang berikutnya, aku akan menyandang gelar istri dari seseorang yang sudah menjadi favoriteku sejak bangku putih – biru.

Kepada Desember yang selalu menjadi bulan keberuntunganku, aku berterimakasih sekali lagi. Semoga pada December berikutnya aku bisa mendapatkan lebih banyak lagi bahagia. Juga, kepada Sang Pemberi Segala, terimakasih, karena sudah melahirkannya di bulan se-istimewa September.



                                                               Tertanda,
                                                                       
                                    Aku yang akan selalu menyukai December.







ps: sorry for my bad english:(


Komentar

Postingan Populer