Iyakan? [Drabble]
“Jadi gitu. Makanya Rei, gemini tuh melambangkan
kembar. Yaa walapun sejarah sebenernya mereka itu gak kembar beneran. Serupa
tapi tak sama. Aku seneng deh bisa tau sejarah zodiakmu. Kalo gini rasanya aku
jadi tau tentang kamu lebih banyak dari fansmu yang lain. Hehehe.” Jelasmu
panjang lebar dengan sebuah senyum manis yang mengurva apik.
Aku terkekeh. Tidak terlalu terkejut dengan kejujuran
yang baru saja kamu utarakan.
Sore ini, sepeti sore – sere 30 hari belakangan, kita
berkencan. Duduk manis di bangku taman kompleks rumahmu yang tidak begitu
besar, namun asri dengan secangkir kopi yang kamu bawa dari rumah. Aku tidak
tahu apa asyiknya berkencan di sebuah taman yang dipenuhi tawa serta tangis para
batita. Katamu, melihat anak – anak dan lansia di taman itu, membuatmu sadar
bahwa jarak umur manusia hanya sebatas kemampuan bicara mereka. Katamu, melihat
mereka bersama membuatmu sadar betapa indahnya perbedaan umur yang sering
menjadi perdebatan banyak orang. Katamu, seberapa jauh pun jarak usianya,
manusia tetaplah makhluk yang penuh kasih sayang.
Lihatlah, betapa cantiknya binar bahagia di kedua bola
mata coklat milikmu saat ini.
“Hey.” Panggilku pelan setelah mengalihkan pandangan
kedepan, fokus pada sepasang anak kembar yang menangis menatap teman mereka
yang lututnya terluka karna jatuh. Aku tertawa dalam hati. Mereka berdua
menangis sesegukan, sedang oknum yang terluka malah sibuk menghibur mereka
dengan iming – iming permen karet. Polosnya.
Kamu berdehem menanggapi. Menoleh penuh kearahku
setelah sebelumnya menyelipkan juntaian rambut sebahu milikmu ke daun telinga.
“Kamu, kenapa suka aku?”
Pertanyaan ini.
Satu dari sekian banyak daftar pertanyaan yang ingin
sekali aku sampaikan pada pemilik seraut wajah bulat yang kini memerah parah.
Hening mengudara selama satu menit penuh. Akurat,
karena secara tidak sengaja aku melirik layar ponselmu yang menyala menampilkan
notif WhatsApp setelah aku selesai bertanya.
“Karena kamu adalah Reihan.” Jawabmu setelah detik ke
45 berjalan. Jangan salahkan aku tentang ini. Jantungku terlalu berisik untuk
didiamkan. Karenanya, aku memilih berhitung dalam detik untuk mengurangi resiko
patah tulang dada dalam waktu dekat.
Aku menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal.
Menatap canggung padamu yang sekarang malah tertunduk malu dengan helaian
rambut yang menurupi wajah. Jadi, apa sekarang aku terlihat seperti seorang
lelaki pengecut? Karena yah—
“Soal ide nembak kamu duluan itu, Radit yang bilang.
Katanya, kamu juga suka aku.. jadi..”
Itu dia. Lucu kan?
----
ps: SAYA GATAU INI APA...
Cuma lagi kangen aja. Iya, kangen menghasilkan karya seperti ini ahaha. Sebenarnya banyak sekali ide yang berlalu lalang di kepala saya, tapi kalau sudah saya giring menuju microsoft word, entah kenapa feel nya jadi ga dapet. Sedih ya? Iya, saya sedih banget. Gangerti gimana cara menyalurkan ide saya supaya bisa jadi karya yang dapat dinikmati orang - orang.
salam,
penulis (masih) amatir.
Komentar
Posting Komentar