The Champion [Jurnal]
Siang, para pengunjung blogger yang berbahagia.
Sepertinya post kali ini akan menjadi sebuah jurnal untuk saya. Posting kali ini, saya ingin menyampaikan unek-unek terpendam yang sudah mulai membelah diri sampai ke ujung kepala.
Sesuai judul, this posting will telling about someone who always felt he's the only one champion in the world.
Saya akui, dia memang "punya" otak. Cepat tanggap. Mudah mengingat. Dan pintar dalam semua hal tentang menghitung. Saya tahu, karena saya bukanlah seseorang murid tunanetra. Jadi, bukan hal baru lagi kalau seandainya dia berani mengatakan "I'm the only one champion in this world. You dont have anything to moving my position. Just me. Only me." Disertai dengan tawa terbahak-bahak yang terkesan sombong.
But, please thinking again. Apakah di dunia ini orang-orang pintar hanya diukur dengan kecepatan otak? Well, mungkin memang kebanyakan seorang juara adalah seseorang yang cepat tanggap dan berpikir. Tapi, hello? Memangnya mata pelajaran di dunia ini cuma ada matematika, fisika, dan kimia? Memangnya, manusia abad ini hidup hanya dengan cara berhitung? Memangnya, setiap perusahaan membutuhkan jasa menghitung? Kalau begitu, apa gunanya kalkulator diciptakan? Untuk pajangan saja? Tolong jangan bercanda.
Ada kok, seorang pemulung miskin yang bisa menjadi presiden. Nggak percaya? Kalian bisa searching in google about korea president. Klik enter, dan tunggu. Pasti kalian akan segera disuguhi oleh fakta-fakta menarik tentang seorang pemulung garis miring presiden tadi.
Sekarang saya tanya. Untuk menjadi seorang presiden, haruskah seseorang itu pintar dan menguasai seluruh materi tentang pentana dan pentuna? Haruskah? Apakah untuk menjadi seseorang yang hebat, kita harus mengetahui rumus perpindahan sudut? Dan, apakah seseorang yang memiliki uang miliaran rupiah harus terus mengucapkan rumus polinomial? Tolong jelaskan.
Menurut saya, jika seorang presiden itu hafal dan menguasai seluruh rumus karbon ataupun polinomial, tetapi tidak bisa mengajak dan membujuk orang-orang untuk mendukungnya, apakah dia bisa dikatakan sebagai seorang presiden? Apakah dia tidak membutuhkan tata cara berbahasa yang baik dan benar untuk menjadi seorang presiden?
Tidak.
Semua memang sudah ada porsinya masing-masing. Manusia tidk bodoh. Mereka hanya kurang memanfaatkan kinerja otak mereka. Hanya itu.
Saya bukannya merendahkan seseorang-berotak-super-cepat-dalam-berhitung. Saya hanya sekedar memberikan pendapat yang menurut saya benar adanya.
Ingat, ingin sepintar apapun kita, kalau tidk memiliki moral dan tata krama yang menunjang, kita tidk akan bisa menjadi siapa-siapa.
Oke. Saya rasa cukup sampai disini. Saya harus segera kembali ke dunia nyata. Selamat tinggal.
Sepertinya post kali ini akan menjadi sebuah jurnal untuk saya. Posting kali ini, saya ingin menyampaikan unek-unek terpendam yang sudah mulai membelah diri sampai ke ujung kepala.
Sesuai judul, this posting will telling about someone who always felt he's the only one champion in the world.
Saya akui, dia memang "punya" otak. Cepat tanggap. Mudah mengingat. Dan pintar dalam semua hal tentang menghitung. Saya tahu, karena saya bukanlah seseorang murid tunanetra. Jadi, bukan hal baru lagi kalau seandainya dia berani mengatakan "I'm the only one champion in this world. You dont have anything to moving my position. Just me. Only me." Disertai dengan tawa terbahak-bahak yang terkesan sombong.
But, please thinking again. Apakah di dunia ini orang-orang pintar hanya diukur dengan kecepatan otak? Well, mungkin memang kebanyakan seorang juara adalah seseorang yang cepat tanggap dan berpikir. Tapi, hello? Memangnya mata pelajaran di dunia ini cuma ada matematika, fisika, dan kimia? Memangnya, manusia abad ini hidup hanya dengan cara berhitung? Memangnya, setiap perusahaan membutuhkan jasa menghitung? Kalau begitu, apa gunanya kalkulator diciptakan? Untuk pajangan saja? Tolong jangan bercanda.
Ada kok, seorang pemulung miskin yang bisa menjadi presiden. Nggak percaya? Kalian bisa searching in google about korea president. Klik enter, dan tunggu. Pasti kalian akan segera disuguhi oleh fakta-fakta menarik tentang seorang pemulung garis miring presiden tadi.
Sekarang saya tanya. Untuk menjadi seorang presiden, haruskah seseorang itu pintar dan menguasai seluruh materi tentang pentana dan pentuna? Haruskah? Apakah untuk menjadi seseorang yang hebat, kita harus mengetahui rumus perpindahan sudut? Dan, apakah seseorang yang memiliki uang miliaran rupiah harus terus mengucapkan rumus polinomial? Tolong jelaskan.
Menurut saya, jika seorang presiden itu hafal dan menguasai seluruh rumus karbon ataupun polinomial, tetapi tidak bisa mengajak dan membujuk orang-orang untuk mendukungnya, apakah dia bisa dikatakan sebagai seorang presiden? Apakah dia tidak membutuhkan tata cara berbahasa yang baik dan benar untuk menjadi seorang presiden?
Tidak.
Semua memang sudah ada porsinya masing-masing. Manusia tidk bodoh. Mereka hanya kurang memanfaatkan kinerja otak mereka. Hanya itu.
Saya bukannya merendahkan seseorang-berotak-super-cepat-dalam-berhitung. Saya hanya sekedar memberikan pendapat yang menurut saya benar adanya.
Ingat, ingin sepintar apapun kita, kalau tidk memiliki moral dan tata krama yang menunjang, kita tidk akan bisa menjadi siapa-siapa.
Oke. Saya rasa cukup sampai disini. Saya harus segera kembali ke dunia nyata. Selamat tinggal.
aku suka
BalasHapus