Layang-Layang
PSP,
earphone, PS 3, dan Komik.
Baiklah. Aku
menatap list barang kebutuhanku sekali lagi. Ini benar-benar banyak dan luar
biasa mahal. Aku tahu ini terlalu muluk dan tidak sesuai dengan isi dompetku.
Tapi, aku juga tahu kalau aku memang benar- benar membutuhkan barang-barang
itu.
Oke, mari
kita ulang sekali lagi. PSP, Aerphone, PS 3, dan Komik. Mana yang harus
kucoret? Dengan kening berkerut, aku manatap secarik kertas yang penuh coretan
ini sekali lagi. Aarrgh! Sial. Aku benar-benar tidak tahu mana yang harus
kucoret terlebih dulu. Aku mengusap wajahku sedikit frustasi. Sedikit loh.
“Stress amat
bro,” suara seseorang mengagetkanku, dan membuatku langsung menoleh kearah
sumber suara, dan membalas ucapan barusan dengan seulas senyum seadanya. Tidak
berniat membalasnya sama sekali.
“Emang lagi
mikirin apaan sih?” Lanjut seseorang itu seraya menyeruput es jerukku yang
malang. Aku melotot, dan langsung merebut gelasku dengan sigap. Seseorang itu
Cuma bisa cengengesan melihat aksiku yang sedikit anarkis. Wajar kan, kalau aku
pelit? Aku kan sedang banyak kebutuhan sekarang.
Seseorang
itu mengalihkan pandangannya kearah secarik kertas yang tergeletak manis
disamping sikuku dan langsung mengambilnya untuk kemudian dibaca. “Ini daftar
kebutuhan lo?” serunya setengah berteriak. “Serius lo?”
Aku
mendesah. Sebenarnya aku tahu kebutuhanku terlalu berlebihan. Tapi mau
bagaimana lagi? Benda-benda itu memang sangat kubutuhkan, karena 2 hari lagi
liburan semester akan datang. Aku menegak es jerukku sejenak sebelum menjawab.
“Ya, seperti yang lo liat.”
“Maruk
banget?” Tanya seseorang yang sebenarnya adalah teman sebangkuku itu.
Aku
mengangkat bahu acuh.
Hening
sejenak, sebelum akhirnya teman sebangkuku yang mengaku-ngaku mirip Justin
Bieber itu menjentikkan jarinya. “Gue punya ide!”
Keningku
berkerut kerut ketika mendapati ekspresi berbinar-binar Rio. Mataku menyipit,
menatapnya curiga. Jangan-jangan anak ini punya ide aneh lagi. “Apaan?” tanyaku
setengah malas.
“Jual
layangan!”
Pletak!
Aku menjitak
kepalanya dengan penuh nafsu. “Heh! Kalau jual layangan, berapa taun lagi gue
bisa beli itu semua?”
Rio tampak
mengelus-elus kepala malangnya yang menjadi korban jitakanku sambil
bersungut-sungut. “Iya sih..” akunya dengan sangat memalukan.
Aku
mendengus kasar dan kembali menerawang. Hah. Ternyata cari duit itu susah ya.
***
Rasanya, aku
seperti mendapatkan sesuatu yang sangat kuharap-harapkan saat menatap mading
sekolah yang memuat sebuah artiel dengan judul LOMBA MEMBUAT DAN MENERBANGKAN LAYANG-LAYANG
BERHADIAH UANG TUNAI dengan tulisan berwarna merah dan size super besar. Gila.
Kenapa aku bisa seberuntung ini? Aku menoleh kearah Rio yang sama kagetnya.
“Yo, emang
yang begini beneran ada?”
“Kayaknya
sih iya.” Jelas Rio setelah sadar dari keterkagetannya.
Baiklah! Aku
akan mengikuti lomba ini dengan sepenuh hati, dan akan memenangkannya demi
kebutuhan hidupku!! Semangat!
***
Pertama, aku
harus mengumpulkan bahan-bahan untuk membuat laying-layang seperti bambu yang
besar dan kuat, kertas minyak yang super bagus, Isolasi, gunting, tali atau
benang, dan meteran.
Kedua, Letakkan
kedua bambu secara menyilang dengan titik pertemuan pada 1/3 dari bambu yang
paling panjang Rekatkan kedua bambu tersebut dengan menggunakan tali atau
benang.
Selanjutnya, Ikat dan hubungkan ke empat ujung bambu dengan tali atau benang hingga membentuk wajik. Sekarang rangka layang-layang selesai, lalu letakkan rangka layang-layang tersebut diatas kertas.
Tandai kertas tersebut dengan spidol sehingga mengikuti bentuk rangka layangan.
Tambahkan ekstra 2.5 cm untuk garis potongan.
Guntinglah kertas tersebut mengikuti garis potongan.
Lalu, Lipat bagian kertas kearah belakang, dan rekatkan pada rangka dengan menggunakan isolasi.
Untuk keseimbangan, tambahkan ekor dari tali atau benang sepanjang sekitar 1 meter, ikatkan pada bagian bawah layang-layangLangkah, tambahkan guntingan kertas untuk memperindah.
Buatlah lubang di tengah-tengah layangan (dekat dengan tempat penyilangan bambu rangka) masukkan tali atau benang layangan ke lubang dan ikatkan ke titik persilangan, lalu ikatkan ujung yang lain ke ujung bawah rangka layangan (panjang tali sesuai dengan ukuran layangan yang akan dibuat)
Selanjutnya, Ikat dan hubungkan ke empat ujung bambu dengan tali atau benang hingga membentuk wajik. Sekarang rangka layang-layang selesai, lalu letakkan rangka layang-layang tersebut diatas kertas.
Tandai kertas tersebut dengan spidol sehingga mengikuti bentuk rangka layangan.
Tambahkan ekstra 2.5 cm untuk garis potongan.
Guntinglah kertas tersebut mengikuti garis potongan.
Lalu, Lipat bagian kertas kearah belakang, dan rekatkan pada rangka dengan menggunakan isolasi.
Untuk keseimbangan, tambahkan ekor dari tali atau benang sepanjang sekitar 1 meter, ikatkan pada bagian bawah layang-layangLangkah, tambahkan guntingan kertas untuk memperindah.
Buatlah lubang di tengah-tengah layangan (dekat dengan tempat penyilangan bambu rangka) masukkan tali atau benang layangan ke lubang dan ikatkan ke titik persilangan, lalu ikatkan ujung yang lain ke ujung bawah rangka layangan (panjang tali sesuai dengan ukuran layangan yang akan dibuat)
Baiklah!
Semua sudah selesai, dan layanganku siap untuk dipamerkan. Aku tersenyum
bangga. Rio harus tau layangan yang baru saja berhasil kubuat. Psp, earphone,
komik, dan PS 3, aku dataaaaang!!
***
Tepukkan halus
pada pundak membuatku tersadar. Aku menoleh, dan mendapati Rio sedang menatapku
prihatin. Aku baru tahu, bahwa dunia memang benar-benar kejam. Kuangkat layangan
super besarku yang berbentuk capung. Lalu, aku berpaling kearah salah satu
kontestan yang memegang layangan dengan ukuran sama berbentuk kupu-kupu.
Aku tercenung.
Begitupula dengan Rio yang sekarang sedang berusaha menahan tawanya. “Dimas
dimas. Gue rasa lo nggak seberuntung yang lo bayangkan.”
Aku mengangkat
bahu sedikit pasrah. “Yah, gue pikir juga begitu.”
Rio mengangguk-angguk
sok elegan. “Tapi nggak papa Ms. Gue bakalan bantu elo kok.”
“Harus lah. Gue
ngundang lo kan Cuma buat itu.” Kataku seraya berlalu. Bisa kulihat ekspresi
masam Rio yang sangat tidak enak dipandang. Memang aku peduli? Ya, aku tahu aku
teman yang tidak tahu terima kasih. Tapi sekarang, aku tidak memiliki banyak
waktu untuk berterima kasih secara berlebihan padanya.
Aku baru
tahu kalau menerbangkan layangan besar butuh pengorbanan. Bagus. Sekarang, aku
bahkan belum memasang lagi ekor layanganku yang tadi putus karena terinjak.
Sambil bersungut-sungut
menyumpahi orang yang tega menginjak ekor layanganku, aku buru-buru menempelkan
kembali ekor capungku yang sudah setengah rusak. Memang aku punya pilihan lain?
Waktunya untuk
menerbangkan. Aku benar-benar memuji kemampuan Rio menerbangkan layangan,
sekarang. “Yo, lo belajar dimana? Hebat.”
Tanyaku langsung setelah berhasil lari dari tempatku memegang layangan.
Rio menoleh
sekilas dan tersenyum pongah. Aku jadi menyesal telah memijinya
terang-terangan. “Ininih yang namanya bakat alami. Gue Cuma tau teknik dasarnya
doang kok.”
“Yayaya. Pokoknya,
capung gue harus terbang lebih tinggi dan lebih lama.”
“Beres. Anak
kos emang susah ya. HAHAH.”
Aku benar-benar
ingin mencium Rio, SEKARANG! Layanganku berhasil terbang paling tinggi dan
paling lama berkat kemampuan (yang katanya) alami Rio. Dan aku akan benar-benar
menciumnya kalau saja cowok itu tidak langsung lari setelah kudekati.
Sekarang,
hadiah yang kuharap-harapkan sudah berada ditanganku. Aku jadi terharu. Andai saja
Rio bukan temanku. Andai saja dia tersinggung akibat ucapan-ucapan ketusku. Andai
saja lainnya mulai berkelebat dikepalaku. Membuatku mau tidak mau jadi merasa
bersalah juga dengan sahabatku yang (memang) satu itu.
“Gimana? Hasilnya
cukup?”
Aku menoleh,
dan mendapati orang yang sedang kufikirkan berdiri tepat disampingku sambil
menegak air mineralnya. “Lumayan.” Aku menimang hadiah yang kuterima, dan
berganti menatap Rio. “Yo, lo mau apaan?”
Rio menutup
botol air mineralnya dan menoleh kearahku dengan kening berkerut. “Gue?”
tanyanya sambil mengarahkan telunjuk kearah dirinya sendiri. “Es Krim boleh?”
Seandainya
Rio bukan cowok tulen yang badannya penuh otot. Aku akan benar-benar menciumnya
dengan hati ikhlas lahir batin. Dia benar-benar teman yang luar biasa, dan aku
menyayanginya.
TAMAT
Komentar
Posting Komentar