Random Parah!!!

Rio menatap nanar gadis yang kini sesegukan didepannya. Perlahan tangannya terangkat untuk membelai rambut panjang Ify.. tapi urung, karena sesuatu didalam dadanya langsung menolak. Memberontak begitu nyata dan terasa. Sesuatu yang selama ini selalu menjadi beban hidupnya. Sesuatu yang selama ini menghantuinya. Sesuatu yang selama ini memperingatkannya untuk tidak lagi jatuh. Sesuatu yang memperingatkannya untuk tidak lagi memberi dan merasakan. Sesuatu yang begitu tajam juga nyata. Sesuatu yang terasa begitu mengulitinya, dan membunuhnya perlahan-lahan.

Dengan terpaksa, Rio kembali memasukkan tangannya kedalam saku. Membungkus rapat-rapat hasratnya yang begitu ingin merengkuh raga rapuh dihadapannya ini sekarang juga.

***

Gabriel melangkahkan kaki panjangnya lebar-lebar dengan ekspresi gusar yang begitu kentara. Matanya bergerak liar kesana kemari. Mencari-cari keberadaan orang yang masih menempati tahta tertinggi dihatinya itu.

Tak butuh waktu lama, karena beberapa detik berikutnya matanya sudah menangkap siluet indah sang gadis yang sedang duduk sendiri ditaman sambil melamun. Gabriel mendekat dengan jantung yang berdebar super cepat dan keras.

Baru 2 langkah cowok itu maju, langkahnya langsung terhenti manakala matanya memergoki sebuah wajah jenaka menghampiri gadisnya yang tampak melamun dan tidak begitu menyadari kehadiran wajah jenaka orang tersebut. Gabriel mengepalkan tangannya kuat-kuat. Menyalurkan seluruh rasa sakit yang kini mulai menggerogoti hatinya itu ke seluruh badannya. Hatinya langsung memanas saat sebuah lengan kekar yang begitu dikenalnya merengkuh lembut pundak gadisnya. Membelai rambut panjangnya nan indah dengan sayang, dan membisikkan kata-kata ajaib yang mampu membuat gadis itu tersenyum.

Ini bukti telak dari kekalahannya yang bahkan sudah terjadi sejak semuanya dimulai. Dadanya bergemuruh. Perasaan itu menghantam telak pada sebuah titik yang sangat sensitif didalam sana.Tanpa sadar, tangannya terangkat untuk meraba organ vitalnya yang sedang terluka itu. Mencoba menenangkan sensasi dibalik dadanya dengan cara menekan bagian itu kuat-kuat. Memang inilah resiko yang harus ia terima, akibat kelakuan  bodohnya selama ini. Sayonaraaa, Shilla.

***

Meskipun tidak ada yang berbicara dan memulai, semua sudah jelas terbaca. Dua pasang mata yang kini saling menatap itu bercerita, banyak dan jujur. Mengais sedikit demi sedikit rahasia yang pernah tertanam subur didalam sana. Mengahantarkan mereka (pemilik 2 pasang mata itu) kedalam sebuah medan yang keras dan menyakitkan.

Cakka mendesah. Pemuda itu membuang pandangannya dari sepasang mata coklat yang kini berkabut. Semuanya sudah terjadi tanpa ada yang bisa mengubah dan dirubah. Tidak ada lagi abu-abu yang selama ini mengelilingi mereka. Yang ada hanya hitam diatas putih. Penderitaan yang dengan senang hati menjemput sepasang hati yang tertaut. Memisahkan mereka. Menyadarkan mereka. Dan membuang mereka agar bisa menjauh.

Tes.

Air bening itu akhirnya luruh juga. Dia begitu mencintai gadis ini. Begitu menyayanginya. Begitu... ah! Percuma dia menyebutkan apa yang dirasakannya pada gadis itu. Kenyataan sudah membuat hubungan mereka jelas. Bahwa jarak yang kini terbentang didepan mereka, bukanlah lagi jarak yang dapat ditempuh hati.

***

Sepotong hati lagi yang harus tersisih. Memendam gemuruh yang kini sudah menggebuki dadanya dengan kejam. Menarik semua oksigen yang ada hingga membuatnya tidak bisa lagi bernafas. Sesak. Perih.

Sepasang mata dingin itu. Manik mata yang selama ini selalu menghujamnya dengan tatapan lembut yang mampu melumerkan hatinya kini telah hilang. Terbang bersama angin-angin mimpi dan tak akan pernah kembali.

Tangis itu terdengar lagi. Begitu menyayat.

Karena dia tau, mereka tidaklah sama.

Komentar

Postingan Populer