Dia Cuma Buat Gue [7a]
Dia Cuma Buat Gue!!
Episode Sebelumnya..
BAB 6
Masalah Baru
Alvin mengelus rambut sebahu sivia dan mengecup puncak kepala cewek itu.
”gue bakal coba vi. Buat ngejaga loe, dan.. gue bakal nyoba buat ngelupain ify sebisa gue.”dengan reflek sivia menatap alvin dalam. Ia menangis lagi dan lagi.
”apa loe yakin vin, bisa ngelupain ify begitu aja? Loe udah suka sama dia dari SMP vin. Loe..”alvin menempelkan telunjuknya dibibir tipis sivia. Membuat cewek itu terpaksa menghentikan ucapannyaa.
”percaya kan sama gue?”
Sivia hanya bisa memutar bola matanya. Apa yang harus ia percaya dari alvin? Tapi apasalahnya juga percaya sama alvin sesekali? Nggak dosa kan?
“percayaa”jawabnya lirih. Alvin tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah sivia. Semakin dekat, hingga hembusan nafas alvin menyapu wajah mulus gadis itu. Sivia memejamkan matanya.
Kecupan halus itu terasa. Sangat terasa dibibirnya. Adegan itu berdurasai sedikit lama. Inilah mereka. Dua orang insan yang akan saling membantu satu sama lain. Membiarkan pintu hati mereka terbuka.
Menerima kenyataan bahwa ini yang harus mereka jalani. Semoga saja jalannya cerita ini sesuai dengan scenario yang mereka buat. Menjalin cinta tulus walau belum sepenuhnya.
♫♫♫♫♫♫
SETIAP helaan nafas manusia selalu ada beban..
Setiap hidup manusia ada cobaan..
Namun semua akan berputar..
Indahnya hidup akan dirasa suatu saat..
****
Jrengg..
Rio mengakhiri permainan gitarnya dengan sangat sempurna. Bian dan ify dengan antusias memberi cowok itu tepuk tangan yang meriah. Sekarang mereka telah sampai ditaman kota. Sesuai permintaan bian tadi.
Sekarang rio sedang memainkan gitar ify yang memang sengaja diletakkan dibagasi mobil. Rio melirik ify yang sedang tertawa lepas. Berapa tahun sudah ia kehilangan senyum itu?
”kak lio nyanyi lagiii”rengek bian. Rio tersenyum dan mengangguk.
Satu-satu..
Daun..daun, berguguran tinggalkan tangkainyaa..
Satu-satu..
Burung kecil, berterbangan, tinggalkan sarangnyaa..
Jauh...jauh.. tinggi, kelangit yang biru..
Andaikan.. aku punya sayaaaapp..
Kukan terbang jauh.. mengelilingi angkasaaa..
Kan kuajak ayah bundaku..
Terbang bersamaku..
Melihat indahnyaaaaa..
Duniaaa..
Andaikan, aku punya sayap, ku kan terbang jauh..
Mengelilingi angkasaaa..
Kan kuajak ayah bundaku.. terbang bersamakuuu..
Melihat indahnya..aaa
Duniaaaaaa....
(andaikan aku punya sayap – AFI junior)
Lagii-lagi ify dan bian bertepuk tangan heboh. Bian menggeser tubuh mungilnya agar lebih mendekati ify. Ify jelas langsung merangkul bian.
”kak lio sualanya kelennnnnnn banget! Bian jadi suka. Nyanyi lagi yah kak?”
”udah ah, sekarang kak ify aja yaa?”bian mengangguk antusias.
”iya! Kak ify nyanyi dong, bian kan udah lama ggak dengel suala kakak”
Rio memberikan gitar itu ke ify. Ify menerimanya sepenuh hati. Dipetiknya gitar itu dengan lembut.
Burung-burung pun bernyanyi..
Bunga pun tersenyumm..
Melihat kau hibur hatiku..
Hatiku mekar kembali..
Terhibur syimphony..
Pasti hidupku kan bahagia..
Pasti hidupku kan bahagia...
(syimphony yang indah – once)
”kak, bian kemobil yaa. Mau bobok.”ify dan rio sontak menggeleng serempak.
”nggak. Bian kalo mau bobok sama kak ify/rio aja”lagi-lagi dua sejoli itu melakukan hal yang sama. Bahkan mengucapkan kata-kata yang sama persis. Bian menatap kedua orang itu bingung.
”yaudah. Bian bobok disini. Dipangkuan kak ify ya? Kak lio sama kak ify nyanyiin bian. Oke?”rify mengangguk serempak –lagi-
Bian meletakkan kepalanya dipaha ify. Sedangkan rio membelai lembut ramut bian. Mereka –rify- mulai melantunkan nyanyian untuk bian. Berharap anak ittu bermimpi indah sore ini.
Ify
Bila.. kau harus pergi..
Meninggalkan diriku..
Jangan lupakan akuu..
Rio
(ouooohh)
Semoga.. dirimu disanna..
Kan baik-baik sajaa..
Untuk selamanya..
Disini, akukan selalu..
Rindukan dirimu..
Wahai sahabatku..
Rio menatap ify dalam. Begitu juga dengan ify. Mereka sangat menikmti sore ini. Semburat jingga mulai terlihat. Menghantarkan matahari untuk kembali keperadabannya. Mengganti tugas dengan sang bulan.
Rio menggeser duduknya mendekati ify. Tangannya berjalan memegang tangan ify yang tepat berada dikepala bian.
”ceritain semuanya ke gue sekarang.”ify menghela nafas berat.
”gue harus mulai darimana?”tanyanya lirih.
Rio mempererat genggamannya terhadap cewek itu. dia tahu, ify masih belum bisa cerita secepat itu. Tapi ia juga harus tau. Kenapa? Karna mereka lama tak jumpa. Juga karna rio masih sangat butuh penjelasan.
Ify mengangkat kwpalanya yang semula tertunduk. Menatap mata tajam rio dengan sorot mata sendu. Cewek itu membalas genggaman rio. Ify mendekatkan wajahnya keaah pipi kanan rio.
Cup..
Dikecupnya lembut pipi kanan cowok itu. Hanya berlangsung selama 2 menit. Setelah itu ify melepas kecupannya dengan air mata yang sudah tumpah diwajah mulusnya. Rio masih menatap ify dalam. Menunggu cewek itu buka mulut atas apa yang telah terjadi.
“yang itu tadi hutang gue dimasa lalu. Gue nggak bakal cerita sekarang sama loe. Gue ener-bener nggak siap yo”lagi-lagi ify terisak. Entah karna ada ikatan batin atau apa. Yang jelas, sivia-ify menangis disaat yang sama.
Rio tersenyum menatap ify.
”percaya sama gue. Kalo loe nggak sanggup, loe boleh genggam tangan gue kuat-kuat fy. Kalo loe bener-bener nggak sanggup, loe bisa ngelakuin apa aja ke gue. Asalkan elo cerita ke gue.”
Ify menatap rio dalam dan mengangguk.
“apa yang loe cari dari cerita gue?”rio mengangkat kedua alisnya mendengar pertanyaan ify.
“maksud loe?”
“alasan loe mendesak gue buat cerita ini apaaa?”
“gue Cuma pingin tau kehidupan loe fy..”jawab rio sekenanya.
“tap..”sebelum melanjutkan kata-katanya, ify sudah merasakan ada yang basah, lembab, dan lembut dibibirnya.
Cukup dalam waktu 60detik. Kecupan singkat itu membuat ify terharu. Ditatapnya rio dalam-dalam. Mencoba mencari kejujuran, ketulusan, dan apapun itu, dimata tajam milik rio.
“sekarang udah percayaa?”ify mengangguk
“percaya, tapi nggak gitunya juga kali!! first kiss gue loe rebut riooooooo!”ify mengerucutkan bibirnya. Membuat rio tertawa sampai terpigkal-pingkal.
“oke, sekarang ceritaa..”
“jadi gini...
BAB 7
Iyel Terbakar Cemburu
Shilla masih asyik dengan ice cream nya yang super duper tinggi itu. Dia nggak tau kalo iyel udah dongkol karna dicuekkin. Dengan kesal gabriel menyapa shilla.
“asyik bener tuh ice cream sampe gue dianggap patung”shila noleh terus cengengesan
“hehe, maap kak. Abis enak banget sih. Gue bungkus lagi ya?”gabriel mendelik.
“beli aja tokonya sekalian shill”shilla tak peduli. Cewek itu mengangkat tangannya spontan. Tapi tangan penjangnya itu mengenai seseorag. Tepat dikepala orang itu. Karna dia lagi nunduk ngiket tali sepatu.
”wadaw”keluh korban. Shilla panik langsung berdiri dan melihat orang itu.
”loe nggak papa?”orang itu mengangguk dan mendongk.
Astaga my bieberrrr! Ini cowok cakep bangett! Mirip justin bieber. Oh tuhann batin shilla histeris.
Melihat mata shilla yang berbinar gabriel dengan sengaja menginjak kaki cowok itu yang tepat berada disampingnya.
Lagi-lagi korban meringis kesakitan. Pandangannya teralih pada sosok gabriel dan menatap cowok itu dengan sinis.
Si justin bieber itu berdiri dan menatap gabriel dan shilla secara bergantian. Setelah itu ia menghembuskan nafas malas. ”aduh, pasangan harimau jantan dan betina. Sama-sama ganas!”setelah berkata seperti itu, dia pergi.
Gabriel melotott maksimal. Begitu pula dengan shilla. ”wah, ngajak ribut loe!”kata shilla dan iyel serempak. Berikutnya mereka saling pandang dan tanpa sadar tertawa girang..
Dari belakang terdengar suara cewek yang kayaknya lagi ngejar si justin itu. ”ayang cakka, tungguin aren dong. Iih, si ayang mah”
’buset, 4l4y banget tu cewek -___-’batin shilla sambil ngucap.
”shill, masih betah disini? Pergi yok.”ajakan gabriel membuat shilla tersentak dan langsung mengangguk refleks.
”ayuukk, pusing gue disini”
Akhirnya dua sejoli itu memutuskan untuk ’mengungsi’ ke tempat lain yang menurut mereka akan lebih aman dan tentram.
♫♫♫♫♫♫
HARI itu sudah sore. Langit biru sudah berubah menjadi gradasi warna yang sangat indah. Tapi seorang gadis kecil berambut ekor kuda itu masih saja setia menunggu teman sepermainannya.
Mereka berjanji akan berkumpul disini. Ditaman biasa mereka bermain. Dan sekarang tibalah akhir penantian gadis kecil itu. seorang wanita setengah baya menghamppirinya.
”neng lyssa. Kenapa masih disini?”gadis yang bernama lyssa itu pun menoleh.
”eh, mbak isma. Ini, lyssa lagi nungguin vano mbak. Udah dari jam 4 tadi malah. Mbak tau nggak vano kemana?”mata bundarnya menatap wanita itu penuh harap.
Mbak isma membelai rambut panjang ify kecil –lyssa- dengan tatapan haru. Begitu setia-nya gadis kecil ini menunggu tuan mudanya.
”neng, den vano udah pergi. Tadi dia pergi naik pesawat buat nyusul neneknya yang ada dimanado. Tadi dia juga mau kesini. Tapi kata mamanya udah nggak sempet.” lyssa kecil hanya mengangguk-angguk dengan polosnya.
”oh gitu ya, jadi vano kapan pulangnya mbak ? jam tujuh apa jam delapan?”tanyanya poloss. Mbak isma tidak sanggup menjelaskan pada lyssa bahwa Vano akan ada disana untuk selamanya.
”nggak tau juga neng. Yaudah. Kita pulang dulu yuk neng, udah malem.”
Ify kecil mengangguk dan segera ikut pergi dengan menggandeng tangan mbak isma.
Bertahun-tahun ia menunggu
Bertahun-tahun ia menanti
Menunggu kembalinya cinta
Cinta sahabat yang tak pernah pasti
Sekarang ia sadari
Penantiannya selama ini
Berakhir sia-sia
Ify P.O.V
Aku melangkah pergi dari sana. Kembali menyongsong hari esok untuk menunggunya kembali. Aku sedang menunggu Vano saat itu. Sahabat kecilku yang sekaligus menjadi Cinta Pertamaku.
Bisa dibilang ini Cinta Monyet. Aku juga berfikir seperti itu saat masih berumur 14tahun. Tapi apa ini masih bisa disebut Cinta Monyet ? sampai saat ini, rasaku tak pernah hilang. Rasa kasih dan cintaku untuknya masih sama.
Apa mungkin aku bertemu dengannya lagi sekarang? Aku tak sanggup menopang semua beban hanya dengan dua bahuku saja. Ini sangat berat. Dan aku membutuhkan sandaran..
Flash back
Setelah hari itu, saat mengetahui bahwa dia pergi dengan ketidak pastiannya, aku masih tetap menunggu. Setiap pulang sekolah aku termangu didepan taman bunga. Saat itu, aku baru saja menerima rapor hasil kerja kerasku.
Dengan nilai yang sangat memuaskan itu, aku berharap Vano akan datang dan mengajakku bermain lagi. Tapi sial. Hari itu sepertinya bukan hari keberuntunganku. Setelah menunggu sampai jam 17.30 wib, aku berniat untuk pulang.
Tapi langkahku terhenti saat melihat 3 orang laki-laki dewasa yang memegang botol minuman kaca. Gaya mereka sangat awut-awutan. Dengan gumaman yang tak karuan pula.
”hai maniss. Mau ikut kita nggak ?”tanya salah satu dari mereka yang mulai mendekatiku. Aku mundur 1 langkah untuk menjauh. Tapi 2 diantaranya malah ikut mendekat.
”jangan buru-buru dong cantik.”preman ke2 –yang aku duga mabuk itu- mmencolek dagu tirus milikku.
Dengan kasar kutepis tangannya. ”jangan ganggu gue!”
Bukannya takut, mereka malah semakin mendekat. Aku mencoba untuk berani sekuat mungkin. Tapi tiba-tiba 2 orang preman itu menahan ke 2 lenganku kuat. Aku berusaha memberontak. Tapi semua nihil.
”ayo boss! Habisin!”seru mereka bersamaan.
Aku masih saja memberontak. Setelah 15 menit tak menghasilkan apapun, aku berhenti sejenak. Rambutku yang tadi aku gurai rapi kini telah berantakan. Keringat dingin mulai mengucur.
Lelaki berbadan besar –yang sepertinya- boss mereka itu mendekatiku. Aku menatapnya dengan tajam. ”tahan ya sayaang”
Oh tuhan! Tolong aku! Aku benar-benar takut!
Lelaki kurang ajar itu membuka kancing pertama kemejaku! ”mau apa loe! Jangan macem-macem!”
”nggak macem-macem kok. Cuma satu macem aja!” brengsek! Runtukku dalam hati.
Untungnya aku memakai baju dalaman kaos putih polos.
Kancing kedua dibuka! Aku mengambil nafas panjang dan dengan sekuat tenaga aku menendang ‘itu’ si preman bejat itu.
“awww!”keluhnya kuat.
Sesaat, kedua anak buahnya terkecoh dan itu kesempatan untukku. Aku melepas cengkraman mereka dan berlari sekuat mungkin.
“kurang ajar! Kejar diaa!”
Tapi sayang, aku malah salah jalan. Jalan yang aku pilih adalah jalan buntu.
Aku berhenti. Tak ada lagi yang bisa aku lakukan! 2 preman lainnya telah mengepungku. Aku meringsut disudut tembok. Hanya bisa mengandalkan pertolongan tuhan saat itu juga.
”mau kemana anak manis?”
”mau kabur yaaaa”aku terdiam. Sekarang aku tak bisa apa-apa lagi! Siaall!
”udah, ayo lanjutin.”aku ternganga mendengar kata-kata yang diucapkan salah satu preman itu.
Mereka mendekat. Aku mundur, mundur, dan mundur. Hingga kerasnya dinding tembok itu menghantam pinggangku.
”mau mati yaaa?!!”aku menyahut dengan keras. Kedua preman itu hanya tertawa terbahak-bahak. Hari mulai gelap. Tak ada orang lagi disini.
”sini, kancingnya abang bukain.”aku beronta. Kutepis lagi tangannya dengan sekuat tenaga. Tanpa menyerah, ia melakukan hal yang sama 3 kali. Dan sebanyak 3 kali pula kutepis tangan menjijikkan itu!
”PLAK!”satu tamparan keras mendarat dipipiku.
”PLAK PLAK PLAK”3 tamparan susulan ikut menghantam pipiku. Aku meringis. Darah disudut bibirku sudah mengucurr. Tapi aku akan bertahan hinggak titik darah terakhir!
”tolong jangan sakitin gue. Gue bakal kasih apa aja yang loe semua mau.”kataku lirih.
”kita nggak bakal nyakitin kamu kok. Cuma mau 1 aja. Mau menikmati indahnya tubuh cantikmu itu.”
Aku menyeret tubuhku ketengah. Perlaha-lahan mendekati sudut 1 lagi. Keringat dan air mata sudah bercampur. Kemejaku sudah kututup lagi. Dan tentu saja, rok putihku akan kotor setengah mati.
”jangan coba-coba kabur lagi sayaang”
”saayang-sayang! Pala loe peang!”sahutku dengan suara gemetar.
Salah satu dari mereka mendekat dan menyentuh daguku. Aku tidak bisa lagi menolak tak bertenaga. Hanya membuang muka. Yaa, hanya itu yang aku bisa.
”kancingnya boss”perlahan dia membuka kembali kancing kemejaku. Aku hanya bisa memejamkan mata.
Dan tiba-tiba suara seseorang membuatku kaget dan merasa tertolong.
”JANGAN GANGGU DIA!”kami ber3 –aku dan 2 preman itu-, menoleh.
”dasar anak ingusan! Nggak usah ikut campur!”
Tinnut tinnut tinnut.
Suara sirine polisi membuat kedua preman itu lari terbirit-birit. Namun baru saja 3 kali melangkah, 4 orang polisi sudah mengancungkan pistol didepan mereka. 2 diantaranya memegang preman yang –menurutku- adalah boss mereka semua.
Aku menarik nafas lega. Namu sedetik kemudian gelap. Aku bahkan tak tahu siapa yang berterian tadi.
***
Kukerjapkan mataku untuk yang kesekian kalinya. Dimana aku? Batinku.
Aku mendengar isak tangis seseorang. Dan saat menoleh kesamping, aku melihat mama sedang menangis. Dan papa masih berbicara dengan polisi didepan pintu kamar.
Mama membelai rambutku.
”ify, kamu nggak papa kan sayang?”aku mengangguk dan tersenum menjawab pertanyaan mama. Aku berusaha berdiri, tapi badanku semuanya sakit. Serasa habis ditimpa truck.
”maafin mama ya fy, mama nggak bisa jag..”aku menempelkan jari telunjukku dibibir mama seraya berkata, ”nggak papa ma. Ini namanya musibah.”mama menggeleng dan ngomong lagi.
”tapp..”lagi-lagi aku memotong pembicaraan mama.
”yaudah, yang penting kan aku nggak papa ma.”mama tersenyum menatapku. Dikecupnya keningku dengan penuh kasih sayang. Aku tersenyum didalam dekapnya.
Ke3 preman itu telah dibawa kepihak yang berwajib. Dan akan diberi hukuman seberat mungkin.
”oh iya fy, tadi yang nolong kamu itu alvin.”aku hanya mengangguk malas.
Flash offf
Rio menggenggam erat tangan ify. Ia tak menyangka kalau gadis itu setia menunggunya. Menunggunya dengan ikhlas sehingga hampir saja kehilangan masa depannya itu.
Ify masih terisak. Didada bidang milik rio. Cowok itu membelai rambut ify. Rio menatap kedepan. Menerawang apa yang sedang terjadi padanya diwaktu yang sama dengan ify namun berbeda tempat?
Dadanya terasa dipenuhi oleh bara api. Ia tak terima gadisnya itu disakiti. Errgghh! Ini semua gara-gara gue! Batinnya memberontak.
Tanpa terasa, saat ify bercerita tadi, dadanya naik turun. Emosi itu tak bisa lagi ditahan. Meletup tanpa ampun, membuat rio harus menekan rasa emosi itu dengan mendengarkan cerita ify secara seksama.
”fy gue..”rio tak sanggup lagi berkata-kata. Dan ify mengangkat kepalanya menatap rio. Mata cowok itu masih saja menerawang. Membuat hati ify serasa teriris pisau yang baru saja diasah.
”yo..”disentuhnya pipi rio dengan lembut. Rio tersadar, dan langsung memeluk ify dari samping –karna bian lagi tidur dipangkuan ify-. Ify memejamkan matanya. Menahan gejolak yang begitu memburu didadanya.
”gue minta maaf banget fy. Itu semua mendadak. Guee..”ucapan rio terhenti saat dirasakannya jari mungil ify menempel dibibirnya.
”udahlah yo. Itu semua udah berakhir. Dan buktinya gue nggak papa kan sekarang?”kata ify masih dengan isakkan yang tak henti.
Rio melepas pelukkannya dan menatap ify dalam. ”maaf” hanya itu yang dapat ia ucapkan sekarang untuk ify. Ia merasa sangat bersalah mendengar kisah penantian ify. Saat itu ia juga ingin menghubungi ify. Tpi apa yang dia punya?
”gue nggak papa kok. Ceritanya lanjut lagi yaa?”rio menggeleng tegas. Meskipun penasaran, tapi ia sudah tak sanggup lagi mendengar betapa menderitanya ify selama ia tak berada disamping gadis itu.
”nggak usah fy. Yang tadi udah cukup. Besok aja dilanjutinnya. Sekarang ayo kita pulang”ify mengangguk dan beusaha membopong tubuh bian. Rio yang mlihat ify kesulitan, langsung membantu cewek itu.
”sini gue bantu”
Sampai dimobil. Posisi mereka tidak sama lagi seperti pergi tadi. Rio berada dikursi kemudi dan ify disampingnya. Sendiri. Tanpa ada bian lagi dipangkuannya.
Rio masih mengatur emosinya yang berantakan. Ditatapnya ify sekali lagi. Gadis itu tersenyum tulus. Membuat rasa bersalah yang menyerap didirinya semakin bessar.
“sekarang mau kemana?”tanya rio dingin. Ia masih tak sanggup menerima cerita yang barusan dijelaskan ify.
“kanapa jadi jutek sih?”tanya ify heran. Rio membuang muka menatap keluar jendela. Hah! Tak seharusnya ia bersikap seperti itu pada ify.
“maaf, Cuma masih nggak terima aja loe digituin! Kalo sampe ketemu orangnya, bakal gue cincang sampe mampus tuh orang!!”seru rio dengan penuh emosi.
Ify terkekeh melihat ekspresi rio yang –menurutnya- jelek itu.
“yaudah, sekarang ke gramedia dulu yuk. Gue mau cari novel”
“terus bian?”
“kita anter pulang aja dulu.”
“yaudah.”rio menyentuh gigi mesin dan mendorongnya kebelakang. Ify berinisiatif untuk meletakkan tangannya diatas tangan rio. Sambil menatap cowok didepannya itu dengan senyum dan tatapan bahagia.
“tolong jangan tinggalin gue lagi ya?”rio tersenyum dan mengangkat 1 tangannya lagi untuk mengelus pipi kiri ify.
“gue janji nggak bakal ninggalin loe lagi. Gue sayang sama loe fy.”
Rio tancap gas dengan kecepatan maksimal. Dan pergilah mereka dari taman kota itu. Memilih untuk pergi lagi berdua. Hanya berdua saja.
♫♫♫♫♫♫
KEJADIAN itu masih berlangsung. Dan sebuah suara menyadarkan mereka. Saat menoleh, alvin dan sivia mendapati seorang anak laki-laki yang sepertinya adalah anak kelas 10 itu.
“emm...eee..anu..anu..kak via..tad..tadi gue ngeliat kunci mobil loe jatuh diparkiran. Waktu gue kejer, loe ternyata berenti disini. Dan saat gue mau nyusul ternyata ada ribut-ribut. Yaudah gue tunggu diluar sampe tenang. Nggak ada maksud kok kak“
Alvin melengos. “yaudah sini kuncinya. Sekarang loe boleh pergi.”
”alvin.. kasiaan.”alvin menatap sivia –yang sekarang udah resmi jadi ceweknya itu- dengan kesal.
”kok kamu belain dia sih vi?”
”dia udah berbaik hati nolong aku vin. Masa dibiarin gitu aja sih?”
“yaudah terserah kamu deh”sivia tersenyum dan menarik lengan alvin untuk mendekati anak itu.
“makasih ya. Nama loe siapa?”anak itu menatap alvin takut. Sivia yang tau langsung menyahut dengan tawa tertahan.
”nggak usah takut, lagi. Nama loe siapa?”
”gue obiet kak.”
”oke, obiet. Gue sivia. Dan ini alvin. COWOK gue”alvin tertawa kecil mendengar kata COWOK yang sivia ucapkan dengan penuh penekana.
“oke, kalo gitu gue pergi dulu ya kak. Permisi.”tapi baru 2 langkah, alvin sudah menyerukan nama anak itu lagi. Mau tak mau, ia berbalik lagi.
”makasih ya, udah mau bantu ngasih kunci mobil CEWEK gue.”obiet menatap sepasang kekasih itu dengan alis terangkat. Maksudnya apa coba? Tapi kana tidak ingin memperpanjang masalah. Juga karna udah gerah banget, obiat ngangguk aja.
”oke. Sama-sama kak alvin”
Sepeninggalan obiet. Sivia dan alvin saling menatap dan seketika tawa mereka meledak. ”enak yaa, ngerjain adik kelas.”alvin mengangguk setuju dengan ucapan via barusan.
”yaudah. Pulang yuk.”
”emmm. Vin. Boleh minta sesuatu nggak?”alvin mengangguk dengan 1 alis terangkat. Sivia masih sibuk mesem-mesem sendiri.
”kenapa vi?”
”jangan marah yaa?”
”nggak bakal. Kenapa sih?”
”itulohh. Aduh. Gimana ya ngomongnya?”sivia bingung sediri. Alvin menatap pengisi hatinya itu dengan tawa kecil, yang membuat matanya tertutup.
“vin, ditas kamu..eh bukan.. di dompet kamu..eh salah salah. Dikantong kamu, anu..anu..ada yang bersangkutan sama ify nggak sih?”seketika muka sivia yang awalnya putih udah jadi kayak kepiting rebus beneran.
Alvin menatap sivia dengan tatapan menggoda. Dicolaknya dagu sivia. ”kenapa emang?”pancing alvin semakin menjadi-jadi.
”iihh, masa nggak tau sih?”
”beneran. Aku bener-bener nggak tau vi.”dusta alvin. Sivia membuang muka. Supa alvin tidak melihat rona merah yang sudah menjalar keseluruh bagian mukanya. Terutama pipi.
”alvinn, plis deh.”
”kenapa sih?”
”aku..”sivia mengurungkan niatnya dan langsung pergi begitu saja. Tapi dengan cepat lengannya ditahan alvin. Membuat gadis itu kembali berhadapan dengan kekasih barunya itu.
”cemburu yaaa?”goda alvin. Sivia Cuma bisa menyembunyikan wajahnya dibalik rambut. Dengan mesra, alvin menyibakkan rambut gadisnya itu dan menyangkutkan (?)nya ditelinga.
”jujur aja. Nggak papa kok”sivia hanya bisa mengangguk pelan. Membuat alvin rasanya mau ketawa besar-besar sekarang.
”ihh, kok malah ketawa siiih?”kata sivia sewot. Alvin menghentikan tawanya dan kembali menatap sivia. Kali ini dalam dan benar-benar dalam.
”tau nggak, aku fikir buat kamu ngelupain rio itu susah banget. Tapi ternyata aku salah.”sivia menyatukan alisnya dan menatap lvin heran.
”maksud kamu?”
”maksud aku? Yaah, aku kira buat kamu nerima aku itu sulit vi..”
”alvin sayang. Via nggak ngerti deh apa yang alvin omongin”sahut sivia dengan wajah polosnya.
”maksud alvin itu, ternyata via udah nerima alvin. Buktinya, via udah cemburu aja.”
”oh gitu. Iyalah via cemburu. Sekarang kan via udah jadi pacarnya alvin.”
”yaudah. Sekarang pulang yuk.”
”yuk”
”eh vi. Ntar malem ada acara nggak?”sivia menggelng
“yaudah. Jam 7 aku jemput kamu. Okee?”lagi-lagi sivia hanya mengangguk.
“dandan yang cantik sayaaaaang”dicubitnya pipi chubby sivia hingga cewek itu meringis kesakitan.
“alvinn! Sakit tau!”
♫♫♫♫♫♫
GABRIEL membawa shilla pergi kesuatu tempat. Cowok itu menstarter motornya dengan kecepatan sedang. Jalanan yang sepi membuat gabiel semakin menambah kecepatannya.
Karena tekejut, shilla refleks memeluk erat pinggang gabiel. Dibalik helm full face nya gabriel tersenyum lebar. Shillla membenamkan kepalanya dipunggung gabriel. Menikmati setiap heaan nafasnya yang mencium parfum gabriel.
Gabriel memaandang shilla lewat kaca spion. Cowok itu hanya tersenyum tipis.
Indra pencumannya yang tajam membuatnya dapat menghirup udara yang –menurutnya- dipenuhi aroma shampo shilla. Gabriel kembali menurunkan kecepatannya.
“kak, gue berdiri ya?”teiak shilla. Karna angin kencang, jadi kalo ngomong kudu tereak-tereak.
Gabriel mengangguk dan memperingatkan shilla. “ati-ati jatooh. Pegangan yang kuat ya!”
“sipp”
Shilla berdiri dan melentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Gadis itu meneriakki namanya sekencang mungkin. Gabriel tertawa.
”ashilla zahrantiaraaaaaa!”teriak shilla heboh. Iyel hanya bisa tertawa menyaksikan tontonan gratis dari pujaan hatinya.
Tiba-tiba memori-memori peretmuan pertama kalinya dengan shilla terputar begitu saja diotaknya. Mulai dari suasana kantin yang penuh membuat cowok itu terpaksa duduk disebelah shilla.
Namun diam-diam gabriel bersyukur bisa bertemu dan duduk dengan shilla. Gadis yang ceria dengan ribuan kejutan tentang hari esok. Wajah polos gadis itu terngiang seketika dibenaknya.
Gabriel tertawa mengingat semua kejadian-kejadian yang dilaluinya bersama shilla. Namun teriakkan shilla membuatnya tersentak seketika.
”KAK IYEL AWASSS!”sepersekian detik kemudian terdengar decitan rem yang bisa membuat gendang telinga pecah. Jok belakang sepeda motor gabriel terangkat. Untung saja shilla mencengkaram erat bahu gabriel.
”astagaaaaaa!”seru shila heboh. Ternyata didepan mereka ada cewek rambut panjang yang ingin menyebrang. Cewek itu menoleh dengan airmata bercucuran.
Shilla segera melompat dan menghampiri cewek itu. dituntunnya cewek itu untuk duduk ditrotoar. Gabriel dengan segera memarkirkan motornya dan menghampiri kedua gadis itu.
”sorry. Temen gue tadi lagi melamun. Loe ada yang luka?”tanya shilla heboh. Gabriel hanya berdiri didepan kedua cewek itu.
Gadis itu menggeleng, lalu menatap gabriel. Matanya langsung memancarkan cahaya. Gaya gabriel yang sangat cool itu membuatnya terpana. Seragam SMA yang dasinya sudah awut-awutan dan style rambutnya yang keren membuat cewek itu tak berkedip.
Shilla mengulang lagi pertanyaannya. Kali ini lebih kuat lagi. “hey! Loe nggak papa kan?”
“hah? Eh..anu..iitu..eemm..gue..gue nggak papa kok”jawabnya gagap. Shilla Cuma manggut-manggut. Tapi tatapannya kini beralih pada gabriel. Cowok itu hanya diam dengan kedua tangan dimasukkan kesaku celana.
“kak iyeell”seru shilla tertahan. Mendengar pujaan hatinya memanggil, iyel menoleh dan menatap shilla lembut.
“kenapa sayaang?”tanya gabriel penuh nada lembut yang tidak dibuat-buat. Seketika raut wajah cewek disebelah shilla berubah menjadi muram dan suram. Shilla Cuma bisa nyengir dipanggil sayaang sama gabriel.
“aduuhh”cewek itu mengeluh sambil memegangi kakinya. Shilla reflek menoleh dan bertanya. Gabriel memegang kaki cewek ituu dengan penuh perhatian. Ia merasa sangat bersalah.
Yang dipegang cengengesan dalam hati. ‘mampus loe semua! Gue tipu kan?! Apa bagusnya cewek itu sih? Cakepan juga gue dibanding dia’ batin cewek itu licik.
“mana yang sakit ?”tanya shilla. Cewek itu menunjuk kakinya yang –dibuat-buat- sakit itu.
“gimana kak? Ada yang luka?”tanya shilla pada gabriel. Gabriel menoleh dan menatap shilla dengan alis bertaut menunjukkan ekspresi –nggak-ada-yang-luka-kok-shill-
Shilla ikutan heran. Tapi sesaat ia sadar dan meminta cewek itu memberitahu namanya.
”ehh, sorry ya. Nama loe siapa?”tanya shilla hati-hati
”gue...”saat ingin mengucapkan namanya, tiba-tiba Heandphone cewek itu berbunyi. Dan 3 menit kemudian cewek itu pamit pergi. Dengan menatap gabriel ramah –yang pasti cari perhatian- dan ekspresinya berubah saat menatap shilla. Sinis dan tajam.
Shilla yang bingung dengan tatapan itu hanya memberi senyum canggung.
”sorry ya. Gue mesti pergi. Sorry banget. Kenalannya dilanjut kapan-kapan aja.”shilla dan gabriel saling pandang.
’tadi katanya sakit. Kenapa udah mau pulang ajaa’batin shilla kesal
’acting bener ini cewek’batin gabriel geram setengah dead.
”eh, katanya kaki loe sakit . emang kuat buat jalan?”tanya ShIel serempak. Telak. Cewek itu langsung gelagapan sendiri.
”emm.. tadi itu Cuma keseleo kok. Iya, keseleo! Oh ya udaahh, duluan yaa. Byeee”
”aneh”gumam mereka. Lagi-lagi serempak. ShIel saling pandang dan sedetik kemudian tertawa. Gabriel mengangkat tangannya dan menepuk pelan puncak kepala peri hatinya itu.
”yaudah. Pulang yuk”
”yuk.”
Gabriel membantu shilla naik dengan memegang jemari cewek itu. Hap! Shilla duduk dan langsung stanby dibelakang gabriel.
”siap shill?”
”siap. Eh bentar. Masih jauh nggak sih kak?”gabriel menoleh.
”apa? Nggak kedengeran shill.”jelas saja shilla langsung mendekatkan wajahnya ketelinga cowok itu. Cup! Pipi kiri shilla kecolongan gabriel. (iyel belum pake helm)
”kak iyel..”shilla hanya bisa memanggil gabriel dengan suara tertahan dan memegang pipi kirinya dengan refleks. Gabriel tertawa geli melihat ekspresi shilla dan langsung mencubit hidung shilla mesra.
”siall! Gue abisin juga tuh cewek! Inget ya, DIA CUMA BUAT GUE!!”gumam seseorang penuh penekanan dan penuh amarah.
“loe bakal nyesel udah ngelakuin itu didepan gue! Semua bakal gue bales LEBIH dari ini”lanjutnya.
Dan makiannya terhenti saat seseorang menepuk pelan bahunya. Dan orang itu menoleh kaget. Ternyata orang itu adalah..
****
Disepanjang perjalanan iyel dan shilla sama-sama bungkam. Tak ada satupun dari mereka yang berani membuka pembicaraan. Untunglah hanya butuh waktu 5 menit untuk mencapai tujuan.
Sebuah gedung persegi panjang yang terdiri dari 2 gedung yang sama berdiri tegak didepan mereka. Mata gabriel berkaca-kaca meatap tulisan KASIH BUNDA. Disekanya airmata yang sempat turun kepipinya.
Shilla yang memang sudah turun dari tadi menatap gabriel dalam dan menghapus airmata cowok itu.
“laki-laki dilarang nangis. Kita mau apa kesini?”gabriel tersenyum dan segera turun dari cagiva miliknya.
“kalo mau tau ayo masuk”
”yuukk”
Disinilah gariel dan shilla. Cowok itu menggenggam erat jemari shilla. Shilla tersenyum dan membalas genggaman gabriel. Mereka melangkah dengan perasaan tegang, takut, semua menjadi satu.
Gabriel mengetuk pintu 3x. Tak lama keluarlah seorang wanita setengah baya yang berparas sangat cantik. Gabriel sempat pangling melihat wanita itu. Shilla tersenyum ramah sambil membungkukkan badannya.
”selamat sore ibuk.”sapa shilla ramah. Wanita itu tersenyum dan membalas bungkukkan (?) badan shilla.
”sore. Ada perlu apa ya? Ayo silahkan masuk dulu.”shilla mengangguk. Gabrielmasih saja tak bergeming. Hingga genggaman lembut shilla menghancurkan semua flasback masa lalunya.
Mereka duduk diruang tamu. Wanita itu meminta salah satu anak untuk membuatkan minum untuk shilla dan gabriel.
’ternyata ini panti asuhan’batin shilla.
”maaf adek-adek mau ada perlu apa yaa?”gabriel menatap wanita itu sejenak dan langsung berlutut dibawah kaki wanita itu.
”bi ira. Ibu masih inget saya kan? Saya gabriel buk. Kembarannya mario.”pertama ibu ira bingung. Tapi setelah mendengar pengakuan dari gabriel, wanita itu tiba-tiba menagis dan mengelus penuh kasih rambut gabriel.
”iyel.. sekarang kamu sudah besar yaa. Bagaimana kabarmu dan mario?”shilla mengernyit. Apa-apaan nih?
Iyel mengangkat kepalanya, menatap wanita paruh baya itu dengan haru. ”saya baik kok buk. Mario juga baik. Baik banget malah”ibu itu tersenyum mendengar pengakuan gabriel.
”baguslah. Sekarang kalian sudah kelas berapa?”
”3 SMA buk.”
”sebentar lagi mau ujian yaa?”gabriel tersenyum. Cowok itu sekarang pindah posisi. Sekarang dia duduk disebelah shilla. Yang tepat juga berada disebelah bu ira.
”belum buk. Kan iyel sama mario baru naik kelas.”iyel menarik nafas sejenak lalu melanjutkan kalimatnya. ”iyel kangen sama ibuk.”
Tanpa terasa airmata cowok itu menetes lagi. Shilla mengelus punggung gabriiel dengan kasih.
”ibuk juga kangen sama kamu yel. Mario nggak ikut?”iyel menggeleng.
“dia sekarang tambah nakal bu.”ibu ira tertawa. Lalu melirik shilla dengan jahil.
”pacar kamu ya yel?”iyel mengangguk.
“iya buk. Restuin yaa. Belum pacar sih sebenernya baru calon :D”shilla mencubit perut gabriel dengan sadis. Membuat cowok itu meringis kesakitan.
“aduuhh! Sakit shilla”
“oh, namanya shilla yaa?”tatapan shilla teralih pada bu ira lalu mengangguk dengan senyum termanisnya.
“iya buk. Saya shilla..”
“pacarnya gabriel”sambung iyel jahil. Shilla melotot. Tapi gabriel mah cuek. Lalu pandangannya beralih pada seorang gadis kecil yang bersembunyi dibalik lemari.
“hey, adik cantik ayo sini.”gadis itu mengangguk senang dan langsung berlari kearah ShIyel.
“yel, loe utang cerita sama gue”kata shilla tegas. Gabriel mengangguk tak kalah tegas.
“kalo pacaran sama gabriel hati-hati nduk, dia jahil loh.”shilla Cuma meringis mendengar ucapan bu ira. Dan akhirnya sore ini shilla dan gabriel menghabiskan waktu mereka dipanti asuha. Cerita banyak dengan bu ira, sambil bermain bersama anak-anak panti.
***
Bersambung…
Episode Sebelumnya..
BAB 6
Masalah Baru
Alvin mengelus rambut sebahu sivia dan mengecup puncak kepala cewek itu.
”gue bakal coba vi. Buat ngejaga loe, dan.. gue bakal nyoba buat ngelupain ify sebisa gue.”dengan reflek sivia menatap alvin dalam. Ia menangis lagi dan lagi.
”apa loe yakin vin, bisa ngelupain ify begitu aja? Loe udah suka sama dia dari SMP vin. Loe..”alvin menempelkan telunjuknya dibibir tipis sivia. Membuat cewek itu terpaksa menghentikan ucapannyaa.
”percaya kan sama gue?”
Sivia hanya bisa memutar bola matanya. Apa yang harus ia percaya dari alvin? Tapi apasalahnya juga percaya sama alvin sesekali? Nggak dosa kan?
“percayaa”jawabnya lirih. Alvin tersenyum dan mendekatkan wajahnya ke wajah sivia. Semakin dekat, hingga hembusan nafas alvin menyapu wajah mulus gadis itu. Sivia memejamkan matanya.
Kecupan halus itu terasa. Sangat terasa dibibirnya. Adegan itu berdurasai sedikit lama. Inilah mereka. Dua orang insan yang akan saling membantu satu sama lain. Membiarkan pintu hati mereka terbuka.
Menerima kenyataan bahwa ini yang harus mereka jalani. Semoga saja jalannya cerita ini sesuai dengan scenario yang mereka buat. Menjalin cinta tulus walau belum sepenuhnya.
♫♫♫♫♫♫
SETIAP helaan nafas manusia selalu ada beban..
Setiap hidup manusia ada cobaan..
Namun semua akan berputar..
Indahnya hidup akan dirasa suatu saat..
****
Jrengg..
Rio mengakhiri permainan gitarnya dengan sangat sempurna. Bian dan ify dengan antusias memberi cowok itu tepuk tangan yang meriah. Sekarang mereka telah sampai ditaman kota. Sesuai permintaan bian tadi.
Sekarang rio sedang memainkan gitar ify yang memang sengaja diletakkan dibagasi mobil. Rio melirik ify yang sedang tertawa lepas. Berapa tahun sudah ia kehilangan senyum itu?
”kak lio nyanyi lagiii”rengek bian. Rio tersenyum dan mengangguk.
Satu-satu..
Daun..daun, berguguran tinggalkan tangkainyaa..
Satu-satu..
Burung kecil, berterbangan, tinggalkan sarangnyaa..
Jauh...jauh.. tinggi, kelangit yang biru..
Andaikan.. aku punya sayaaaapp..
Kukan terbang jauh.. mengelilingi angkasaaa..
Kan kuajak ayah bundaku..
Terbang bersamaku..
Melihat indahnyaaaaa..
Duniaaa..
Andaikan, aku punya sayap, ku kan terbang jauh..
Mengelilingi angkasaaa..
Kan kuajak ayah bundaku.. terbang bersamakuuu..
Melihat indahnya..aaa
Duniaaaaaa....
(andaikan aku punya sayap – AFI junior)
Lagii-lagi ify dan bian bertepuk tangan heboh. Bian menggeser tubuh mungilnya agar lebih mendekati ify. Ify jelas langsung merangkul bian.
”kak lio sualanya kelennnnnnn banget! Bian jadi suka. Nyanyi lagi yah kak?”
”udah ah, sekarang kak ify aja yaa?”bian mengangguk antusias.
”iya! Kak ify nyanyi dong, bian kan udah lama ggak dengel suala kakak”
Rio memberikan gitar itu ke ify. Ify menerimanya sepenuh hati. Dipetiknya gitar itu dengan lembut.
Burung-burung pun bernyanyi..
Bunga pun tersenyumm..
Melihat kau hibur hatiku..
Hatiku mekar kembali..
Terhibur syimphony..
Pasti hidupku kan bahagia..
Pasti hidupku kan bahagia...
(syimphony yang indah – once)
”kak, bian kemobil yaa. Mau bobok.”ify dan rio sontak menggeleng serempak.
”nggak. Bian kalo mau bobok sama kak ify/rio aja”lagi-lagi dua sejoli itu melakukan hal yang sama. Bahkan mengucapkan kata-kata yang sama persis. Bian menatap kedua orang itu bingung.
”yaudah. Bian bobok disini. Dipangkuan kak ify ya? Kak lio sama kak ify nyanyiin bian. Oke?”rify mengangguk serempak –lagi-
Bian meletakkan kepalanya dipaha ify. Sedangkan rio membelai lembut ramut bian. Mereka –rify- mulai melantunkan nyanyian untuk bian. Berharap anak ittu bermimpi indah sore ini.
Ify
Bila.. kau harus pergi..
Meninggalkan diriku..
Jangan lupakan akuu..
Rio
(ouooohh)
Semoga.. dirimu disanna..
Kan baik-baik sajaa..
Untuk selamanya..
Disini, akukan selalu..
Rindukan dirimu..
Wahai sahabatku..
Rio menatap ify dalam. Begitu juga dengan ify. Mereka sangat menikmti sore ini. Semburat jingga mulai terlihat. Menghantarkan matahari untuk kembali keperadabannya. Mengganti tugas dengan sang bulan.
Rio menggeser duduknya mendekati ify. Tangannya berjalan memegang tangan ify yang tepat berada dikepala bian.
”ceritain semuanya ke gue sekarang.”ify menghela nafas berat.
”gue harus mulai darimana?”tanyanya lirih.
Rio mempererat genggamannya terhadap cewek itu. dia tahu, ify masih belum bisa cerita secepat itu. Tapi ia juga harus tau. Kenapa? Karna mereka lama tak jumpa. Juga karna rio masih sangat butuh penjelasan.
Ify mengangkat kwpalanya yang semula tertunduk. Menatap mata tajam rio dengan sorot mata sendu. Cewek itu membalas genggaman rio. Ify mendekatkan wajahnya keaah pipi kanan rio.
Cup..
Dikecupnya lembut pipi kanan cowok itu. Hanya berlangsung selama 2 menit. Setelah itu ify melepas kecupannya dengan air mata yang sudah tumpah diwajah mulusnya. Rio masih menatap ify dalam. Menunggu cewek itu buka mulut atas apa yang telah terjadi.
“yang itu tadi hutang gue dimasa lalu. Gue nggak bakal cerita sekarang sama loe. Gue ener-bener nggak siap yo”lagi-lagi ify terisak. Entah karna ada ikatan batin atau apa. Yang jelas, sivia-ify menangis disaat yang sama.
Rio tersenyum menatap ify.
”percaya sama gue. Kalo loe nggak sanggup, loe boleh genggam tangan gue kuat-kuat fy. Kalo loe bener-bener nggak sanggup, loe bisa ngelakuin apa aja ke gue. Asalkan elo cerita ke gue.”
Ify menatap rio dalam dan mengangguk.
“apa yang loe cari dari cerita gue?”rio mengangkat kedua alisnya mendengar pertanyaan ify.
“maksud loe?”
“alasan loe mendesak gue buat cerita ini apaaa?”
“gue Cuma pingin tau kehidupan loe fy..”jawab rio sekenanya.
“tap..”sebelum melanjutkan kata-katanya, ify sudah merasakan ada yang basah, lembab, dan lembut dibibirnya.
Cukup dalam waktu 60detik. Kecupan singkat itu membuat ify terharu. Ditatapnya rio dalam-dalam. Mencoba mencari kejujuran, ketulusan, dan apapun itu, dimata tajam milik rio.
“sekarang udah percayaa?”ify mengangguk
“percaya, tapi nggak gitunya juga kali!! first kiss gue loe rebut riooooooo!”ify mengerucutkan bibirnya. Membuat rio tertawa sampai terpigkal-pingkal.
“oke, sekarang ceritaa..”
“jadi gini...
BAB 7
Iyel Terbakar Cemburu
Shilla masih asyik dengan ice cream nya yang super duper tinggi itu. Dia nggak tau kalo iyel udah dongkol karna dicuekkin. Dengan kesal gabriel menyapa shilla.
“asyik bener tuh ice cream sampe gue dianggap patung”shila noleh terus cengengesan
“hehe, maap kak. Abis enak banget sih. Gue bungkus lagi ya?”gabriel mendelik.
“beli aja tokonya sekalian shill”shilla tak peduli. Cewek itu mengangkat tangannya spontan. Tapi tangan penjangnya itu mengenai seseorag. Tepat dikepala orang itu. Karna dia lagi nunduk ngiket tali sepatu.
”wadaw”keluh korban. Shilla panik langsung berdiri dan melihat orang itu.
”loe nggak papa?”orang itu mengangguk dan mendongk.
Astaga my bieberrrr! Ini cowok cakep bangett! Mirip justin bieber. Oh tuhann batin shilla histeris.
Melihat mata shilla yang berbinar gabriel dengan sengaja menginjak kaki cowok itu yang tepat berada disampingnya.
Lagi-lagi korban meringis kesakitan. Pandangannya teralih pada sosok gabriel dan menatap cowok itu dengan sinis.
Si justin bieber itu berdiri dan menatap gabriel dan shilla secara bergantian. Setelah itu ia menghembuskan nafas malas. ”aduh, pasangan harimau jantan dan betina. Sama-sama ganas!”setelah berkata seperti itu, dia pergi.
Gabriel melotott maksimal. Begitu pula dengan shilla. ”wah, ngajak ribut loe!”kata shilla dan iyel serempak. Berikutnya mereka saling pandang dan tanpa sadar tertawa girang..
Dari belakang terdengar suara cewek yang kayaknya lagi ngejar si justin itu. ”ayang cakka, tungguin aren dong. Iih, si ayang mah”
’buset, 4l4y banget tu cewek -___-’batin shilla sambil ngucap.
”shill, masih betah disini? Pergi yok.”ajakan gabriel membuat shilla tersentak dan langsung mengangguk refleks.
”ayuukk, pusing gue disini”
Akhirnya dua sejoli itu memutuskan untuk ’mengungsi’ ke tempat lain yang menurut mereka akan lebih aman dan tentram.
♫♫♫♫♫♫
HARI itu sudah sore. Langit biru sudah berubah menjadi gradasi warna yang sangat indah. Tapi seorang gadis kecil berambut ekor kuda itu masih saja setia menunggu teman sepermainannya.
Mereka berjanji akan berkumpul disini. Ditaman biasa mereka bermain. Dan sekarang tibalah akhir penantian gadis kecil itu. seorang wanita setengah baya menghamppirinya.
”neng lyssa. Kenapa masih disini?”gadis yang bernama lyssa itu pun menoleh.
”eh, mbak isma. Ini, lyssa lagi nungguin vano mbak. Udah dari jam 4 tadi malah. Mbak tau nggak vano kemana?”mata bundarnya menatap wanita itu penuh harap.
Mbak isma membelai rambut panjang ify kecil –lyssa- dengan tatapan haru. Begitu setia-nya gadis kecil ini menunggu tuan mudanya.
”neng, den vano udah pergi. Tadi dia pergi naik pesawat buat nyusul neneknya yang ada dimanado. Tadi dia juga mau kesini. Tapi kata mamanya udah nggak sempet.” lyssa kecil hanya mengangguk-angguk dengan polosnya.
”oh gitu ya, jadi vano kapan pulangnya mbak ? jam tujuh apa jam delapan?”tanyanya poloss. Mbak isma tidak sanggup menjelaskan pada lyssa bahwa Vano akan ada disana untuk selamanya.
”nggak tau juga neng. Yaudah. Kita pulang dulu yuk neng, udah malem.”
Ify kecil mengangguk dan segera ikut pergi dengan menggandeng tangan mbak isma.
Bertahun-tahun ia menunggu
Bertahun-tahun ia menanti
Menunggu kembalinya cinta
Cinta sahabat yang tak pernah pasti
Sekarang ia sadari
Penantiannya selama ini
Berakhir sia-sia
Ify P.O.V
Aku melangkah pergi dari sana. Kembali menyongsong hari esok untuk menunggunya kembali. Aku sedang menunggu Vano saat itu. Sahabat kecilku yang sekaligus menjadi Cinta Pertamaku.
Bisa dibilang ini Cinta Monyet. Aku juga berfikir seperti itu saat masih berumur 14tahun. Tapi apa ini masih bisa disebut Cinta Monyet ? sampai saat ini, rasaku tak pernah hilang. Rasa kasih dan cintaku untuknya masih sama.
Apa mungkin aku bertemu dengannya lagi sekarang? Aku tak sanggup menopang semua beban hanya dengan dua bahuku saja. Ini sangat berat. Dan aku membutuhkan sandaran..
Flash back
Setelah hari itu, saat mengetahui bahwa dia pergi dengan ketidak pastiannya, aku masih tetap menunggu. Setiap pulang sekolah aku termangu didepan taman bunga. Saat itu, aku baru saja menerima rapor hasil kerja kerasku.
Dengan nilai yang sangat memuaskan itu, aku berharap Vano akan datang dan mengajakku bermain lagi. Tapi sial. Hari itu sepertinya bukan hari keberuntunganku. Setelah menunggu sampai jam 17.30 wib, aku berniat untuk pulang.
Tapi langkahku terhenti saat melihat 3 orang laki-laki dewasa yang memegang botol minuman kaca. Gaya mereka sangat awut-awutan. Dengan gumaman yang tak karuan pula.
”hai maniss. Mau ikut kita nggak ?”tanya salah satu dari mereka yang mulai mendekatiku. Aku mundur 1 langkah untuk menjauh. Tapi 2 diantaranya malah ikut mendekat.
”jangan buru-buru dong cantik.”preman ke2 –yang aku duga mabuk itu- mmencolek dagu tirus milikku.
Dengan kasar kutepis tangannya. ”jangan ganggu gue!”
Bukannya takut, mereka malah semakin mendekat. Aku mencoba untuk berani sekuat mungkin. Tapi tiba-tiba 2 orang preman itu menahan ke 2 lenganku kuat. Aku berusaha memberontak. Tapi semua nihil.
”ayo boss! Habisin!”seru mereka bersamaan.
Aku masih saja memberontak. Setelah 15 menit tak menghasilkan apapun, aku berhenti sejenak. Rambutku yang tadi aku gurai rapi kini telah berantakan. Keringat dingin mulai mengucur.
Lelaki berbadan besar –yang sepertinya- boss mereka itu mendekatiku. Aku menatapnya dengan tajam. ”tahan ya sayaang”
Oh tuhan! Tolong aku! Aku benar-benar takut!
Lelaki kurang ajar itu membuka kancing pertama kemejaku! ”mau apa loe! Jangan macem-macem!”
”nggak macem-macem kok. Cuma satu macem aja!” brengsek! Runtukku dalam hati.
Untungnya aku memakai baju dalaman kaos putih polos.
Kancing kedua dibuka! Aku mengambil nafas panjang dan dengan sekuat tenaga aku menendang ‘itu’ si preman bejat itu.
“awww!”keluhnya kuat.
Sesaat, kedua anak buahnya terkecoh dan itu kesempatan untukku. Aku melepas cengkraman mereka dan berlari sekuat mungkin.
“kurang ajar! Kejar diaa!”
Tapi sayang, aku malah salah jalan. Jalan yang aku pilih adalah jalan buntu.
Aku berhenti. Tak ada lagi yang bisa aku lakukan! 2 preman lainnya telah mengepungku. Aku meringsut disudut tembok. Hanya bisa mengandalkan pertolongan tuhan saat itu juga.
”mau kemana anak manis?”
”mau kabur yaaaa”aku terdiam. Sekarang aku tak bisa apa-apa lagi! Siaall!
”udah, ayo lanjutin.”aku ternganga mendengar kata-kata yang diucapkan salah satu preman itu.
Mereka mendekat. Aku mundur, mundur, dan mundur. Hingga kerasnya dinding tembok itu menghantam pinggangku.
”mau mati yaaa?!!”aku menyahut dengan keras. Kedua preman itu hanya tertawa terbahak-bahak. Hari mulai gelap. Tak ada orang lagi disini.
”sini, kancingnya abang bukain.”aku beronta. Kutepis lagi tangannya dengan sekuat tenaga. Tanpa menyerah, ia melakukan hal yang sama 3 kali. Dan sebanyak 3 kali pula kutepis tangan menjijikkan itu!
”PLAK!”satu tamparan keras mendarat dipipiku.
”PLAK PLAK PLAK”3 tamparan susulan ikut menghantam pipiku. Aku meringis. Darah disudut bibirku sudah mengucurr. Tapi aku akan bertahan hinggak titik darah terakhir!
”tolong jangan sakitin gue. Gue bakal kasih apa aja yang loe semua mau.”kataku lirih.
”kita nggak bakal nyakitin kamu kok. Cuma mau 1 aja. Mau menikmati indahnya tubuh cantikmu itu.”
Aku menyeret tubuhku ketengah. Perlaha-lahan mendekati sudut 1 lagi. Keringat dan air mata sudah bercampur. Kemejaku sudah kututup lagi. Dan tentu saja, rok putihku akan kotor setengah mati.
”jangan coba-coba kabur lagi sayaang”
”saayang-sayang! Pala loe peang!”sahutku dengan suara gemetar.
Salah satu dari mereka mendekat dan menyentuh daguku. Aku tidak bisa lagi menolak tak bertenaga. Hanya membuang muka. Yaa, hanya itu yang aku bisa.
”kancingnya boss”perlahan dia membuka kembali kancing kemejaku. Aku hanya bisa memejamkan mata.
Dan tiba-tiba suara seseorang membuatku kaget dan merasa tertolong.
”JANGAN GANGGU DIA!”kami ber3 –aku dan 2 preman itu-, menoleh.
”dasar anak ingusan! Nggak usah ikut campur!”
Tinnut tinnut tinnut.
Suara sirine polisi membuat kedua preman itu lari terbirit-birit. Namun baru saja 3 kali melangkah, 4 orang polisi sudah mengancungkan pistol didepan mereka. 2 diantaranya memegang preman yang –menurutku- adalah boss mereka semua.
Aku menarik nafas lega. Namu sedetik kemudian gelap. Aku bahkan tak tahu siapa yang berterian tadi.
***
Kukerjapkan mataku untuk yang kesekian kalinya. Dimana aku? Batinku.
Aku mendengar isak tangis seseorang. Dan saat menoleh kesamping, aku melihat mama sedang menangis. Dan papa masih berbicara dengan polisi didepan pintu kamar.
Mama membelai rambutku.
”ify, kamu nggak papa kan sayang?”aku mengangguk dan tersenum menjawab pertanyaan mama. Aku berusaha berdiri, tapi badanku semuanya sakit. Serasa habis ditimpa truck.
”maafin mama ya fy, mama nggak bisa jag..”aku menempelkan jari telunjukku dibibir mama seraya berkata, ”nggak papa ma. Ini namanya musibah.”mama menggeleng dan ngomong lagi.
”tapp..”lagi-lagi aku memotong pembicaraan mama.
”yaudah, yang penting kan aku nggak papa ma.”mama tersenyum menatapku. Dikecupnya keningku dengan penuh kasih sayang. Aku tersenyum didalam dekapnya.
Ke3 preman itu telah dibawa kepihak yang berwajib. Dan akan diberi hukuman seberat mungkin.
”oh iya fy, tadi yang nolong kamu itu alvin.”aku hanya mengangguk malas.
Flash offf
Rio menggenggam erat tangan ify. Ia tak menyangka kalau gadis itu setia menunggunya. Menunggunya dengan ikhlas sehingga hampir saja kehilangan masa depannya itu.
Ify masih terisak. Didada bidang milik rio. Cowok itu membelai rambut ify. Rio menatap kedepan. Menerawang apa yang sedang terjadi padanya diwaktu yang sama dengan ify namun berbeda tempat?
Dadanya terasa dipenuhi oleh bara api. Ia tak terima gadisnya itu disakiti. Errgghh! Ini semua gara-gara gue! Batinnya memberontak.
Tanpa terasa, saat ify bercerita tadi, dadanya naik turun. Emosi itu tak bisa lagi ditahan. Meletup tanpa ampun, membuat rio harus menekan rasa emosi itu dengan mendengarkan cerita ify secara seksama.
”fy gue..”rio tak sanggup lagi berkata-kata. Dan ify mengangkat kepalanya menatap rio. Mata cowok itu masih saja menerawang. Membuat hati ify serasa teriris pisau yang baru saja diasah.
”yo..”disentuhnya pipi rio dengan lembut. Rio tersadar, dan langsung memeluk ify dari samping –karna bian lagi tidur dipangkuan ify-. Ify memejamkan matanya. Menahan gejolak yang begitu memburu didadanya.
”gue minta maaf banget fy. Itu semua mendadak. Guee..”ucapan rio terhenti saat dirasakannya jari mungil ify menempel dibibirnya.
”udahlah yo. Itu semua udah berakhir. Dan buktinya gue nggak papa kan sekarang?”kata ify masih dengan isakkan yang tak henti.
Rio melepas pelukkannya dan menatap ify dalam. ”maaf” hanya itu yang dapat ia ucapkan sekarang untuk ify. Ia merasa sangat bersalah mendengar kisah penantian ify. Saat itu ia juga ingin menghubungi ify. Tpi apa yang dia punya?
”gue nggak papa kok. Ceritanya lanjut lagi yaa?”rio menggeleng tegas. Meskipun penasaran, tapi ia sudah tak sanggup lagi mendengar betapa menderitanya ify selama ia tak berada disamping gadis itu.
”nggak usah fy. Yang tadi udah cukup. Besok aja dilanjutinnya. Sekarang ayo kita pulang”ify mengangguk dan beusaha membopong tubuh bian. Rio yang mlihat ify kesulitan, langsung membantu cewek itu.
”sini gue bantu”
Sampai dimobil. Posisi mereka tidak sama lagi seperti pergi tadi. Rio berada dikursi kemudi dan ify disampingnya. Sendiri. Tanpa ada bian lagi dipangkuannya.
Rio masih mengatur emosinya yang berantakan. Ditatapnya ify sekali lagi. Gadis itu tersenyum tulus. Membuat rasa bersalah yang menyerap didirinya semakin bessar.
“sekarang mau kemana?”tanya rio dingin. Ia masih tak sanggup menerima cerita yang barusan dijelaskan ify.
“kanapa jadi jutek sih?”tanya ify heran. Rio membuang muka menatap keluar jendela. Hah! Tak seharusnya ia bersikap seperti itu pada ify.
“maaf, Cuma masih nggak terima aja loe digituin! Kalo sampe ketemu orangnya, bakal gue cincang sampe mampus tuh orang!!”seru rio dengan penuh emosi.
Ify terkekeh melihat ekspresi rio yang –menurutnya- jelek itu.
“yaudah, sekarang ke gramedia dulu yuk. Gue mau cari novel”
“terus bian?”
“kita anter pulang aja dulu.”
“yaudah.”rio menyentuh gigi mesin dan mendorongnya kebelakang. Ify berinisiatif untuk meletakkan tangannya diatas tangan rio. Sambil menatap cowok didepannya itu dengan senyum dan tatapan bahagia.
“tolong jangan tinggalin gue lagi ya?”rio tersenyum dan mengangkat 1 tangannya lagi untuk mengelus pipi kiri ify.
“gue janji nggak bakal ninggalin loe lagi. Gue sayang sama loe fy.”
Rio tancap gas dengan kecepatan maksimal. Dan pergilah mereka dari taman kota itu. Memilih untuk pergi lagi berdua. Hanya berdua saja.
♫♫♫♫♫♫
KEJADIAN itu masih berlangsung. Dan sebuah suara menyadarkan mereka. Saat menoleh, alvin dan sivia mendapati seorang anak laki-laki yang sepertinya adalah anak kelas 10 itu.
“emm...eee..anu..anu..kak via..tad..tadi gue ngeliat kunci mobil loe jatuh diparkiran. Waktu gue kejer, loe ternyata berenti disini. Dan saat gue mau nyusul ternyata ada ribut-ribut. Yaudah gue tunggu diluar sampe tenang. Nggak ada maksud kok kak“
Alvin melengos. “yaudah sini kuncinya. Sekarang loe boleh pergi.”
”alvin.. kasiaan.”alvin menatap sivia –yang sekarang udah resmi jadi ceweknya itu- dengan kesal.
”kok kamu belain dia sih vi?”
”dia udah berbaik hati nolong aku vin. Masa dibiarin gitu aja sih?”
“yaudah terserah kamu deh”sivia tersenyum dan menarik lengan alvin untuk mendekati anak itu.
“makasih ya. Nama loe siapa?”anak itu menatap alvin takut. Sivia yang tau langsung menyahut dengan tawa tertahan.
”nggak usah takut, lagi. Nama loe siapa?”
”gue obiet kak.”
”oke, obiet. Gue sivia. Dan ini alvin. COWOK gue”alvin tertawa kecil mendengar kata COWOK yang sivia ucapkan dengan penuh penekana.
“oke, kalo gitu gue pergi dulu ya kak. Permisi.”tapi baru 2 langkah, alvin sudah menyerukan nama anak itu lagi. Mau tak mau, ia berbalik lagi.
”makasih ya, udah mau bantu ngasih kunci mobil CEWEK gue.”obiet menatap sepasang kekasih itu dengan alis terangkat. Maksudnya apa coba? Tapi kana tidak ingin memperpanjang masalah. Juga karna udah gerah banget, obiat ngangguk aja.
”oke. Sama-sama kak alvin”
Sepeninggalan obiet. Sivia dan alvin saling menatap dan seketika tawa mereka meledak. ”enak yaa, ngerjain adik kelas.”alvin mengangguk setuju dengan ucapan via barusan.
”yaudah. Pulang yuk.”
”emmm. Vin. Boleh minta sesuatu nggak?”alvin mengangguk dengan 1 alis terangkat. Sivia masih sibuk mesem-mesem sendiri.
”kenapa vi?”
”jangan marah yaa?”
”nggak bakal. Kenapa sih?”
”itulohh. Aduh. Gimana ya ngomongnya?”sivia bingung sediri. Alvin menatap pengisi hatinya itu dengan tawa kecil, yang membuat matanya tertutup.
“vin, ditas kamu..eh bukan.. di dompet kamu..eh salah salah. Dikantong kamu, anu..anu..ada yang bersangkutan sama ify nggak sih?”seketika muka sivia yang awalnya putih udah jadi kayak kepiting rebus beneran.
Alvin menatap sivia dengan tatapan menggoda. Dicolaknya dagu sivia. ”kenapa emang?”pancing alvin semakin menjadi-jadi.
”iihh, masa nggak tau sih?”
”beneran. Aku bener-bener nggak tau vi.”dusta alvin. Sivia membuang muka. Supa alvin tidak melihat rona merah yang sudah menjalar keseluruh bagian mukanya. Terutama pipi.
”alvinn, plis deh.”
”kenapa sih?”
”aku..”sivia mengurungkan niatnya dan langsung pergi begitu saja. Tapi dengan cepat lengannya ditahan alvin. Membuat gadis itu kembali berhadapan dengan kekasih barunya itu.
”cemburu yaaa?”goda alvin. Sivia Cuma bisa menyembunyikan wajahnya dibalik rambut. Dengan mesra, alvin menyibakkan rambut gadisnya itu dan menyangkutkan (?)nya ditelinga.
”jujur aja. Nggak papa kok”sivia hanya bisa mengangguk pelan. Membuat alvin rasanya mau ketawa besar-besar sekarang.
”ihh, kok malah ketawa siiih?”kata sivia sewot. Alvin menghentikan tawanya dan kembali menatap sivia. Kali ini dalam dan benar-benar dalam.
”tau nggak, aku fikir buat kamu ngelupain rio itu susah banget. Tapi ternyata aku salah.”sivia menyatukan alisnya dan menatap lvin heran.
”maksud kamu?”
”maksud aku? Yaah, aku kira buat kamu nerima aku itu sulit vi..”
”alvin sayang. Via nggak ngerti deh apa yang alvin omongin”sahut sivia dengan wajah polosnya.
”maksud alvin itu, ternyata via udah nerima alvin. Buktinya, via udah cemburu aja.”
”oh gitu. Iyalah via cemburu. Sekarang kan via udah jadi pacarnya alvin.”
”yaudah. Sekarang pulang yuk.”
”yuk”
”eh vi. Ntar malem ada acara nggak?”sivia menggelng
“yaudah. Jam 7 aku jemput kamu. Okee?”lagi-lagi sivia hanya mengangguk.
“dandan yang cantik sayaaaaang”dicubitnya pipi chubby sivia hingga cewek itu meringis kesakitan.
“alvinn! Sakit tau!”
♫♫♫♫♫♫
GABRIEL membawa shilla pergi kesuatu tempat. Cowok itu menstarter motornya dengan kecepatan sedang. Jalanan yang sepi membuat gabiel semakin menambah kecepatannya.
Karena tekejut, shilla refleks memeluk erat pinggang gabiel. Dibalik helm full face nya gabriel tersenyum lebar. Shillla membenamkan kepalanya dipunggung gabriel. Menikmati setiap heaan nafasnya yang mencium parfum gabriel.
Gabriel memaandang shilla lewat kaca spion. Cowok itu hanya tersenyum tipis.
Indra pencumannya yang tajam membuatnya dapat menghirup udara yang –menurutnya- dipenuhi aroma shampo shilla. Gabriel kembali menurunkan kecepatannya.
“kak, gue berdiri ya?”teiak shilla. Karna angin kencang, jadi kalo ngomong kudu tereak-tereak.
Gabriel mengangguk dan memperingatkan shilla. “ati-ati jatooh. Pegangan yang kuat ya!”
“sipp”
Shilla berdiri dan melentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Gadis itu meneriakki namanya sekencang mungkin. Gabriel tertawa.
”ashilla zahrantiaraaaaaa!”teriak shilla heboh. Iyel hanya bisa tertawa menyaksikan tontonan gratis dari pujaan hatinya.
Tiba-tiba memori-memori peretmuan pertama kalinya dengan shilla terputar begitu saja diotaknya. Mulai dari suasana kantin yang penuh membuat cowok itu terpaksa duduk disebelah shilla.
Namun diam-diam gabriel bersyukur bisa bertemu dan duduk dengan shilla. Gadis yang ceria dengan ribuan kejutan tentang hari esok. Wajah polos gadis itu terngiang seketika dibenaknya.
Gabriel tertawa mengingat semua kejadian-kejadian yang dilaluinya bersama shilla. Namun teriakkan shilla membuatnya tersentak seketika.
”KAK IYEL AWASSS!”sepersekian detik kemudian terdengar decitan rem yang bisa membuat gendang telinga pecah. Jok belakang sepeda motor gabriel terangkat. Untung saja shilla mencengkaram erat bahu gabriel.
”astagaaaaaa!”seru shila heboh. Ternyata didepan mereka ada cewek rambut panjang yang ingin menyebrang. Cewek itu menoleh dengan airmata bercucuran.
Shilla segera melompat dan menghampiri cewek itu. dituntunnya cewek itu untuk duduk ditrotoar. Gabriel dengan segera memarkirkan motornya dan menghampiri kedua gadis itu.
”sorry. Temen gue tadi lagi melamun. Loe ada yang luka?”tanya shilla heboh. Gabriel hanya berdiri didepan kedua cewek itu.
Gadis itu menggeleng, lalu menatap gabriel. Matanya langsung memancarkan cahaya. Gaya gabriel yang sangat cool itu membuatnya terpana. Seragam SMA yang dasinya sudah awut-awutan dan style rambutnya yang keren membuat cewek itu tak berkedip.
Shilla mengulang lagi pertanyaannya. Kali ini lebih kuat lagi. “hey! Loe nggak papa kan?”
“hah? Eh..anu..iitu..eemm..gue..gue nggak papa kok”jawabnya gagap. Shilla Cuma manggut-manggut. Tapi tatapannya kini beralih pada gabriel. Cowok itu hanya diam dengan kedua tangan dimasukkan kesaku celana.
“kak iyeell”seru shilla tertahan. Mendengar pujaan hatinya memanggil, iyel menoleh dan menatap shilla lembut.
“kenapa sayaang?”tanya gabriel penuh nada lembut yang tidak dibuat-buat. Seketika raut wajah cewek disebelah shilla berubah menjadi muram dan suram. Shilla Cuma bisa nyengir dipanggil sayaang sama gabriel.
“aduuhh”cewek itu mengeluh sambil memegangi kakinya. Shilla reflek menoleh dan bertanya. Gabriel memegang kaki cewek ituu dengan penuh perhatian. Ia merasa sangat bersalah.
Yang dipegang cengengesan dalam hati. ‘mampus loe semua! Gue tipu kan?! Apa bagusnya cewek itu sih? Cakepan juga gue dibanding dia’ batin cewek itu licik.
“mana yang sakit ?”tanya shilla. Cewek itu menunjuk kakinya yang –dibuat-buat- sakit itu.
“gimana kak? Ada yang luka?”tanya shilla pada gabriel. Gabriel menoleh dan menatap shilla dengan alis bertaut menunjukkan ekspresi –nggak-ada-yang-luka-kok-shill-
Shilla ikutan heran. Tapi sesaat ia sadar dan meminta cewek itu memberitahu namanya.
”ehh, sorry ya. Nama loe siapa?”tanya shilla hati-hati
”gue...”saat ingin mengucapkan namanya, tiba-tiba Heandphone cewek itu berbunyi. Dan 3 menit kemudian cewek itu pamit pergi. Dengan menatap gabriel ramah –yang pasti cari perhatian- dan ekspresinya berubah saat menatap shilla. Sinis dan tajam.
Shilla yang bingung dengan tatapan itu hanya memberi senyum canggung.
”sorry ya. Gue mesti pergi. Sorry banget. Kenalannya dilanjut kapan-kapan aja.”shilla dan gabriel saling pandang.
’tadi katanya sakit. Kenapa udah mau pulang ajaa’batin shilla kesal
’acting bener ini cewek’batin gabriel geram setengah dead.
”eh, katanya kaki loe sakit . emang kuat buat jalan?”tanya ShIel serempak. Telak. Cewek itu langsung gelagapan sendiri.
”emm.. tadi itu Cuma keseleo kok. Iya, keseleo! Oh ya udaahh, duluan yaa. Byeee”
”aneh”gumam mereka. Lagi-lagi serempak. ShIel saling pandang dan sedetik kemudian tertawa. Gabriel mengangkat tangannya dan menepuk pelan puncak kepala peri hatinya itu.
”yaudah. Pulang yuk”
”yuk.”
Gabriel membantu shilla naik dengan memegang jemari cewek itu. Hap! Shilla duduk dan langsung stanby dibelakang gabriel.
”siap shill?”
”siap. Eh bentar. Masih jauh nggak sih kak?”gabriel menoleh.
”apa? Nggak kedengeran shill.”jelas saja shilla langsung mendekatkan wajahnya ketelinga cowok itu. Cup! Pipi kiri shilla kecolongan gabriel. (iyel belum pake helm)
”kak iyel..”shilla hanya bisa memanggil gabriel dengan suara tertahan dan memegang pipi kirinya dengan refleks. Gabriel tertawa geli melihat ekspresi shilla dan langsung mencubit hidung shilla mesra.
”siall! Gue abisin juga tuh cewek! Inget ya, DIA CUMA BUAT GUE!!”gumam seseorang penuh penekanan dan penuh amarah.
“loe bakal nyesel udah ngelakuin itu didepan gue! Semua bakal gue bales LEBIH dari ini”lanjutnya.
Dan makiannya terhenti saat seseorang menepuk pelan bahunya. Dan orang itu menoleh kaget. Ternyata orang itu adalah..
****
Disepanjang perjalanan iyel dan shilla sama-sama bungkam. Tak ada satupun dari mereka yang berani membuka pembicaraan. Untunglah hanya butuh waktu 5 menit untuk mencapai tujuan.
Sebuah gedung persegi panjang yang terdiri dari 2 gedung yang sama berdiri tegak didepan mereka. Mata gabriel berkaca-kaca meatap tulisan KASIH BUNDA. Disekanya airmata yang sempat turun kepipinya.
Shilla yang memang sudah turun dari tadi menatap gabriel dalam dan menghapus airmata cowok itu.
“laki-laki dilarang nangis. Kita mau apa kesini?”gabriel tersenyum dan segera turun dari cagiva miliknya.
“kalo mau tau ayo masuk”
”yuukk”
Disinilah gariel dan shilla. Cowok itu menggenggam erat jemari shilla. Shilla tersenyum dan membalas genggaman gabriel. Mereka melangkah dengan perasaan tegang, takut, semua menjadi satu.
Gabriel mengetuk pintu 3x. Tak lama keluarlah seorang wanita setengah baya yang berparas sangat cantik. Gabriel sempat pangling melihat wanita itu. Shilla tersenyum ramah sambil membungkukkan badannya.
”selamat sore ibuk.”sapa shilla ramah. Wanita itu tersenyum dan membalas bungkukkan (?) badan shilla.
”sore. Ada perlu apa ya? Ayo silahkan masuk dulu.”shilla mengangguk. Gabrielmasih saja tak bergeming. Hingga genggaman lembut shilla menghancurkan semua flasback masa lalunya.
Mereka duduk diruang tamu. Wanita itu meminta salah satu anak untuk membuatkan minum untuk shilla dan gabriel.
’ternyata ini panti asuhan’batin shilla.
”maaf adek-adek mau ada perlu apa yaa?”gabriel menatap wanita itu sejenak dan langsung berlutut dibawah kaki wanita itu.
”bi ira. Ibu masih inget saya kan? Saya gabriel buk. Kembarannya mario.”pertama ibu ira bingung. Tapi setelah mendengar pengakuan dari gabriel, wanita itu tiba-tiba menagis dan mengelus penuh kasih rambut gabriel.
”iyel.. sekarang kamu sudah besar yaa. Bagaimana kabarmu dan mario?”shilla mengernyit. Apa-apaan nih?
Iyel mengangkat kepalanya, menatap wanita paruh baya itu dengan haru. ”saya baik kok buk. Mario juga baik. Baik banget malah”ibu itu tersenyum mendengar pengakuan gabriel.
”baguslah. Sekarang kalian sudah kelas berapa?”
”3 SMA buk.”
”sebentar lagi mau ujian yaa?”gabriel tersenyum. Cowok itu sekarang pindah posisi. Sekarang dia duduk disebelah shilla. Yang tepat juga berada disebelah bu ira.
”belum buk. Kan iyel sama mario baru naik kelas.”iyel menarik nafas sejenak lalu melanjutkan kalimatnya. ”iyel kangen sama ibuk.”
Tanpa terasa airmata cowok itu menetes lagi. Shilla mengelus punggung gabriiel dengan kasih.
”ibuk juga kangen sama kamu yel. Mario nggak ikut?”iyel menggeleng.
“dia sekarang tambah nakal bu.”ibu ira tertawa. Lalu melirik shilla dengan jahil.
”pacar kamu ya yel?”iyel mengangguk.
“iya buk. Restuin yaa. Belum pacar sih sebenernya baru calon :D”shilla mencubit perut gabriel dengan sadis. Membuat cowok itu meringis kesakitan.
“aduuhh! Sakit shilla”
“oh, namanya shilla yaa?”tatapan shilla teralih pada bu ira lalu mengangguk dengan senyum termanisnya.
“iya buk. Saya shilla..”
“pacarnya gabriel”sambung iyel jahil. Shilla melotot. Tapi gabriel mah cuek. Lalu pandangannya beralih pada seorang gadis kecil yang bersembunyi dibalik lemari.
“hey, adik cantik ayo sini.”gadis itu mengangguk senang dan langsung berlari kearah ShIyel.
“yel, loe utang cerita sama gue”kata shilla tegas. Gabriel mengangguk tak kalah tegas.
“kalo pacaran sama gabriel hati-hati nduk, dia jahil loh.”shilla Cuma meringis mendengar ucapan bu ira. Dan akhirnya sore ini shilla dan gabriel menghabiskan waktu mereka dipanti asuha. Cerita banyak dengan bu ira, sambil bermain bersama anak-anak panti.
***
Bersambung…
lanjut dong ka,,
BalasHapus