Mario Mission [1] - Mario


Sebelumnya gue ingetin dulu. ini cuma cerita fiksi. kalo kalian nggak suka, nggak usah baca. jangan ngejek-ngejek ya. oh iya, saya nggak akan nge-tag ke orang yang nggak mintak. nggak mau di like cuma karna terpaksa. baca nya yang ikhlas ya.. biar nge-feel.

salam hangat penulis amatir :')

Happy reading!


Gadis itu kembalimenyapu keningnya dengan telapak tangan secara kasar. Ini sudah kesekiankalinya ia lakukan. Terik matahari siang ini benar-benar membakar energy.Suasana komplek yang sepi menambah suasana panas yang melandanya. Ubun-ubunyang sudah seperti terbakar, ditambah lagi suasana hati yang ikut terbakarKarena kesal.

Rambutnya yangpanjang melewati bahu itu diikat satu dengan bentuk acak-acakkan hinggameninggalkan beberapa helai rambut lurusnya.

“sial banget sih. Ahbete!” serunya seraya menendang kaleng bekas minuman yang  tergeletak tak bersalah didepan kakinya. Diamasih merutuki supirnya. Bisa-bisanya dia kepasar tengah hari bolong begini.Membiarkannya berpanas-panas ria dibawah sengatan matahari.

Naik bus di tengahhari seperti ini bukannya enak. Harus berpanas-panasan saat menunggu bus datangdihalte. Berebut tempat duduk dengan penumpang lain, dan seolah belum sampaisitu penderitaannya, gadis itu harus menahan nafasnya agar tidak mencium baukeringan yang sudah bercampur aduk itu.

Bukannya ify –gadistadi- sombong, tapi dia benar-benar benci kalau harus naik bus siang hari!Catat! Siang hari! Kalau pagi sih masih mending. Selain penumpangnya yang masihwangi-wangi, udaranya juga nggak sumpek-sumpek amat. Ify benar-benar mengutuksupirnya itu.

Belum lagi dia harusberjalan dari gang didepan komplek, untuk mencapai rumahnya yang nyaman itu.Jarak gang komplek dan rumahnya bukan dekat. Biasanya didepan gang selalu adamamang-mamang ojek yang nongkrong. Tapi nggak tahu kenapa, hari ini nggak adasatu pun. Sepi!

Akhirnya, denganlangkah terseok-seok, Ify berjalan terus. Sesekali cewek itu mendesah karenakepanasan.

Lima menit kemudian,dia sampai didepan pagar rumah minimalis bercat ungu muda. Tanpa banyak bicara,Ify membuka pagar rumahnya. Dan menutupnya kembali dengan kasar. Dia haussekali. Hampir mati rasanya berjalan ditengah teriknya matahari.

Hal pertama yang ialakukan setelah masuk rumah adalah berlari kedapur, membuka kulkas, dan menegaksebotol pocari sweat  dengan ganas. Kerongkongannyayang kering itu perlahan membaik. Ion-ion tubuhnya yang terkuras kembalistabil. Setelah yakin tenggorokannya baik-baik saja, Ify berjalan kea rahtangga.

Ia tahu kalau dirumahsedang tidak ada siapa-siapa. Pintu depan sudah dikuncinya. Saatnya untuk mandidan tidur siang. Dengan langkah ringan, ify menaiki anak tangga satu persatu.Sampai di kamarnya, cewek itu sedikit merinding. Bulu kuduknya meremang sesaat.

“kok gue merindingya.” Gumamnya pelan.

Tapi Ify tidak ambilpusing. Cewek itu melepas sepatunya dan melemparnya kesembarangan arah.Menghidupkan AC, dan mulai berjalan kearah ranjang.

Betapa terkejutnya iasaat mendapati seorang cowok bertubuh tinggi tegap dengan bentuk badan atletissedang tidur diatas ranjangnya. Tidur lelap sambil membelakangi Ify. Ify panic.Tapi ify tahu, kalau dirumah sedang tidak ada siapa-siapa. Dengan sedikitkeberanian yang terkumpul, cewek itu mendekat.

Ify menahan nafassaat cowok itu membalikkan badannya. Wajahnya putih bersih. Persis sepertikapas baru. Bibirnya menyunggingkan senyum damai walau sedikit pucat. Ifymeneguk ludah dengan susah payah. Ia memberanikan diri untuk tetap melangkah.Diraihnya sapu, yang entah bagaimana ada dikamarnya itu, dengan sigap.

“Hoi! Siapa lo?!”teriaknya heboh. Cowok tadi tersentak dan langsung bangun. Matanya terbukanlebar. Wajahnya tampak panic. Tapi tunggu.. dia duduk bersila sambil..melayang.

Ify menutup mulutnyadengan satu tangannya yang bebas. Menatap makhluk dihadapannya ini dengantatapan tidak percaya. Cowok itu menatap Ify dengan satu alis terangkat.Bingung dengan reaksi gadis itu.

Sadar darikebingungannya, cowok itu tertawa garing sambil menggaruk tengkuknya yang tidakgatal sama sekali. Menatap Ify yang masih syok, dan mulai berbicara. “Hai,”

“hai hai pala lo!Siapa lo?!” ify sadar dari ketersimaannya(?) dan kembali menyemprot cowok‘melayang’ tadi. Yang disemprot Cuma cengengesan nggak jelas.

“em.. gue, ma..”belum sempat cowok itu menyelesaikan kalimatnya, pintu Rumah Ify sudah diketuktanpa perasaan. Ify menatap cowok itu dengan tatapan tajam.

“akan gue aduin lo kekeluarga gue! Jangan berharap bisa kabur!”

Cowok itu hanyatersenyum tipis. Seakan tidak takut akan ancaman Ify. Tak lama, Ify kembalidengan menggandeng adik semata wayangnya.

“dev lo liat! Dikamargue ada orang asing! Lo harus liat!”

Deva –adik Ify- hanyamelengos. Saat memasuki kamar kakaknya, deva mendadak merinding. “kak, kok guemerinding ya?”

Ify menganggukantusias. “nah itu dia! Ada yang mau gue tunjukin ke elo!”

Deva dan Ify masuk kekamar Ify. Dengan senyum sinisnya, ify menatap cowok itu. Ternyata dia benarbenar bernyali ya batin ify sebal.

Dengan gerakkancepat, Ify menunjukkan telunjuknya kearah ranjang atas. Member isyarat padadeva agar melihat kearah sana. Deva mengernyit. Merasa tidak menemukan apapunyang dikatakan sang kakak. Disana hanya ada bantal guling yang hampir jatuh,serta bantal petak(?) yang sarungnya mulai kusut. Beserta sepray yang terlihatberantakan banget.

“nggak ada apa-apakok kak. Lo ngigo kali.” Kata deva santai. Cowok itu melangkah keluar darikamar sang kakak. Ify melongo. Seakan tidak puas dengan jawaban sang adik, diamenarik kemeja seragam adiknya itu dan mengembalikannya(?) ke tempat semula.

“lo buta?! Jelasjelas disitu ada orang! Liat tuh! Dia lagi senyum-senyum nggak jelas kearahkitaa!” ify frustasi sendiri meyakinkan adiknya itu. Deva yang sebal langsungmenjitak kepala kakaknya.

“mata lo soak?!Disitu nggak ada apa-apa IFY!”

“mata lo belo kan?!Masa nggak kelihatan sih?” Ify masih ngotot meyakinkan adiknya. Tapi deva malahmendengus dan langsung kabur begitu saja.

“bodoklah! Gue rasalo udah stress kak.”

“adik nggak tau diri!Aaa!”

Melihat Ify yangmencak-mencak sendiri. Cowok ‘melayang’ itu tertawa geli. Ify menatapnyasengit. Lalu tanpa Fikir panjang, cewek itu melemparkan sapunya kearah cowoktadi. Ify menganga lebar. Sapu itu tembus!

“see? Masih maumarah-marah?”

Ify menggeleng nggakpercaya. “lo siapa sih?!” tanyanya frustasi.

“mangkanya, kaloorang ngomong tuh di dengerin.”

“nggak usah bacot!”panas yang tadinya sempat hilang karena sebotol minuman dingin itu kembalihadir. Uhun-ubun Ify rasanya mau pecah. Dia kesal setengah mati pada supirnyaitu. Ditambah lagi cowok sableng yang tembus pandang didepannya ini.

Cowok itu berdehemsantai. Lalu menatap Ify serius. Cewek itu menatapnya dengan tatapan membunuh.Nafasnya tersenggal senggal. Rambutnya yang panjang sebahu itu berantakan.Peluh yang belum sempat kering itu kembali jatuh di keningnya.

“Pertama, gue Mariostevano. Kedua, gue bukan manusia. Ketiga, sorry gue ganggu ketenangan lo...”

Ify diam. Laluburu-buru memotong pembicaraan Mario itu. “lo bukan manusia? Terus siapa?Setan? Mana ada setan siang-siang bolong begini!”

“gue belum selesai.Keempat, gue nggak bisa dilihat, dan gue memang bukan manusia, tapi gue jugabukan setan seperti kata lo barusan.”

“terus lo siapa?!Ribet amat sih idup lo! Tinggal ngomong apa susahnya sih!”

Mario mendenguskesal. Cewek satu ini benar-benar bawel. “mangkanya denger dulu!”

Ify memutar bolamatanya malas. Mana mungkin siang bolong begini ada setan. Nggak masuk akal!Batinnya menyangkal. Mario menatap Ify dengan seksama. Mengamati secara rincisetiap garis lekukan wajah cewek itu. Karena merasa risih, Ify menoleh danmenatap Mario ganas.

“buruan. Gue mautidur siang nih!”

Mario mengangguk.Dengan satu tarikkan nafas, cowok itu mulai bercerita. “gue bukan setan, bukanjuga hantu. Gue kesini punya misi.”

“emang gue peduli?Apapun misi lo, gue nggak mau tau!! Pergi dari kamar gue!” teriak Ify histeris.Deva yang awalnya menganggap sang kakak sedang ngigo, buru-buru menghampirikamar kakaknya dengan langkah cepat. Cowok itu menatap kakaknya heran. Keduaalisnya terangkat tinggi.

“lo ngomong samasiapa kak?”

Ify memutar badannyamenghadap pintu. Lalu terenyum bahagia saat melihat deva berdiri dengan kausoblong dan celana pendek rumahannya.

“lo liat dia dev!Liat!” deva mengikuti arah telunjuk sang kakak. Lagi-lagi perasaan bingungmelandanya. Setelah yakin kalau disana tidak ada apa-apa, semua masih samaseperti tadi. Hanya ditambah satu sapu yang entah kenapa bisa berad di situ. Devamenatap kakaknya nanar. Dia berjalan mendekati Ify dan meletakkan punggungtangannya di dahi Ify. Anak itu tampak sedang berfikir.

“nggak panas. Lo kenapasih? Disitu nggak ada apa-apa kok!” deva meyakinkan kakaknya. Ify melototdengan bringas. Cewek itu mengalihkan pandangan dan menatap Mario yang sedangmelengos malas. Ify semakin naik darah saja. Lebih baik deva tidak ada disini.Ia akan menyelesaikan urusannya dengan anak sableng ini cepat-cepat.

“udah ah. Kalo loCuma mau ngeledek gue, balik aja ke kamar lo!” kata nya ketus. Deva mengangkatbahu. Lalu dengan langkah santai, cowok itu kembali berjalan ke kamarnya. Tepatdisamping kamar Ify.

Mario merubah posisiduduknya. Kaki panjangnya itu ia selonjorkan di tempat tidur Ify yang nyamandan sekarang mulai mendingin akibat AC yang terus menyala. “kan udah guebilang, gue nggak bisa dilihat.”

Ify semakin geram.Cewek itu mengurut dadanya dengan kencang. Meyakinkan diri untuk terus bersabarhingga cowok satu ini lenyap dari hadapannya. Mario terkikik geli dibalik sikaptenangnya. Sebenarnya bukan maksud hati ingin mengganggu cewek itu. Tapi manaMario tahu, kalau tiba-tiba dia ada disini?

“gue punya misikhusus ada disini. Dan masalah setan, gue bukan setan.”

“kalo emang lo bukansetan, kenapa sapu yang gue lempar tembus? Terus, kenapa lo nggak bisa dilihatsama deva?” desis ify kejam. Sebenarnya dia juga penasaran. Tapi gengsi karenasudah marah-marah duluan tadi.

“gue Cuma bisadilihat sama orang yang pertama kali melihat gue.” Mario kembali kepada posisisemula. Duduk bersila sambil melayang.

Alis ify bertaut.‘Apa apaan nih? Dia kira ini jaman dongeng?’

“gue bicara soalfakta. Ini bukan seperti dongeng yang lo fikir.” Mario bicara seolah olah diasedang berbicara dengan orang yang sudah dikenalnya puluhan tahun, dan bisamembaca fikiran lawan bicaranya itu. Tanpa memperdulikan raut wajah ify yangterus berubah ubah setiap detik.

Ify melongo lagi. “lobisa baca fikiran?” Tanya ify pelan-pelan. Mario menggeleng halus, sambilmemutar mutar sapu yang tadi dilemparkan ify padanya.

“oh iya, nama losiapa?”

“ify.”

Mario melompat darikasur teratas, dan mendarat mulus dilantai. Kaki cowok itu tidak menyentuhlantai. Ify meneguk ludahnya dengan susah payah. “oke Ify, gue bakal melibatkanlo dalam misi gue ini.”

“masa bodoh! Guenggak mau ikut campur urusan lo!”

Mario tertawa renyah.Lalu cowok itu berjalan mendekati meja belajar ify. “lo nggak mau tau gimanaceritanya gue bisa ada dikamar lo?” cowok itu merubah posenya menjadi bersandardidinding dekat jendela kamar ify, sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

Ify melengos. Tapicewek itu mengangguk juga. Mario duduk dengan santainya dilantai. Sepertibiasa, sambil melayang. Tanpa sadar, Ify ikut duduk diatas kursi belajarnya.Menatap Mario dengan tatapan penasaran. Tidak ada raut takut disanan. Mana adasetan tengah hari bolong. Begitu fikirnya.

Mario menarik nafassejenak. Memejamkan kedua matanya dan mengucapkan sesuatu. Ify hanya memandangcowok itu dengan tatapan bingung. Tak lama, Mario mulai bercerita. Masih denganmata tertutup.

“gue disini untuksebuah misi..”

“gue tau! Udah beribukali lo ngomong begitu!” potong ify cepat. Mario mendengus sebal. Lalumeneruskan ceritanya tanpa memperdulikan Ify.

“gue nggak tahubagaimana cara mendefinisikan diri gue ke manusia. Yang jelas, ini kalipertamanya gue turun di bumi. Untuk memenuhi tugas.” Mario menarik nafassebentar. Masih dengan mata tertutup, cowok itu mulai bercerita lagi.

“dan yang lebih jelasuntuk mendefinisikan gue adalah, gue ini anak bayi yang meninggal karenadigugurkan oleh orang tua gue. Atau lebih tepatnya, diaborsi.” Ify menutupmulutnya tak percaya.

“kenapa bisa?” Tanyaify dengan nada sedikit bergetar. Tidak tega membayangkan seorang bayi kecilyang ada didalam rahim ibunya sendiri itu dipaksa untuk keluar. Mario tampakmenghela nafas berat dan melanjutkan critanya tanpa menjawab pertanyaan ifylebih dulu.

“gue dirawat disuatutempat yang nggak satu manusiapun tau, sampai gue besar. Dan sekarang, waktunyague untuk menjalankan tugas sebagaimana mestinya gue dan teman-teman guelakukan. Jangan motong dulu.” Ujar Mario saat melihat ify sudah ingin membukamulutnya.

“gue diperintah untukmenegakkan keadilan di sini. Di..daerah mana ini?”

“Jakarta.” Jawab ifycepat.

“nah itu, Jakarta.Gue juga nggak tahu apa misi itu. Tapi yang jelas, gue akan dapat petunjukselama ada disini. Dan masalah bisa ada dirumah lo, atau lebih tepatnya didalamkamar lo, gue bener-bener nggak tahu. Setiap makhluk seperti kami memangditurunkan ditempat yang menurut dewa kami aman dan tepaat. Jadi gue minta maafkalau mengganggu lo. Dan juga minta maaf untuk beberapa waktu bakal menganggulo.”

Ify masih tecengang.Pikirannya bercabang. Logikanya menolak hebat pengakuan Mario. Bayangkan saja,dewa, langit, aborsi, misi.. apa-apaan ini! ify tidak habis fikir denganbangsa-bangasa Mario itu. Untuk apa membesarkan anak-anak aborsi danmenurunkannya kembali ke bumi? Kalau berniat baik sih nggak papa. Tapi kalautujuannya lebih buruk dari apa yang ify banyangkan? Ini lebih gawat lagi!Dengan rasa penasaran yang semakin membesar, ia bertanya lagi.

“apa lo juga generasipertama yang turun ke bumi?”

Mario membuka matanyadan menggeleng. “bukan. Mungkin gue adalah generasi yang keberapa ribu yangturun ke tempat laknat ini.”

Ify sedikit tidakterima tempat tinggalnya dihina. Tapi cewek itu menahan sementara emosinya danbertanya lagi. “terus, generasi sebelum lo, apa dia berhasil menuntaskan misinya?”

“sayangnya nggak.Gabriel malah tertangkap masalah besar. Dia jatuh cinta pada pendampingnya. Danitu larangan berat untuk kaum kami.”

Ify mengernyit. Rasapenasarannya semakin membuncah saja. Dengan mata yang menyipit, gadis itubertanya lagi. “terus dia gimana?”

“hilang. Dia mungkinbisa balik lagi kalau misi yang dijalankannya itu tuntas. Dan dia bisa membunuhperasaannya kepada pendampingnya itu.” Jelas Mario.

Ify menganggukmengerti. Lalu mulai memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa ‘mengurus’ Marioselama waktu yang belum bisa ditentukan. “jadi sekarang, gimana caranya guebisa ‘mengurus’ lo selama waktu yang belum bisa ditentukan itu?” ify membentuktanda kutip di udara saat mengucapkan kata ‘mengurus’.

Mario tampak berfikirsejenak. Bingung juga dia. Kalau bicara dengan gadis ini didepan umum, gadisini bisa di cap gila oleh semua orang, karna dikira berbicara sendiri. Mariomengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kamar ify. Dia baru sadar, kalaukamar dengan nuansa hijau itu sangat rapi dan bersih.

Matanya menangkapbenda asing berwarna merah, yang tergantung manis disebelah jam dinding. “ituapa?”

Ify mendongak danmengikuti arah pandang Mario. “oh, itu earphone. Alat buat mendengarkan musicdari handphone atau I-pod.”

Mario menatap ifybingung. “handphone? I-pod? Apa itu?”

Ify menepuk jidatnya.Ia lupa, kalau Mario bukan manusia yang lahir diabad diabad canggih. Kalaupunia, anak itukan sudah lahir sebelum waktunya. Sudah pasti dia tidak mengenalialat-alat canggih macam itu. Lagian, mana mungkin setan mengajarkan anakbuahnya benda canggih?. “itu alat komunikasi. Bisa menyimpan banyak data,termasuk lagu-lagu yang mau lo dengerin pake earphone itu.”

“oh bagus. Jadi,kalau lo mau bicara sama gue, lo pakai aja earphone itu. Jadi semua orang akanmengira lo mendengarkan music. Tanpa mengurangi pendengaran lo sama omongan guenanti.”

Ify tampak berfikirkeras, hingga akhirnya memutuskan untuk bertanya. “gimana bisa? itukan kedapsuara.”

Mario tersenyummisterius. Berjalan mendekati earphone merah metalik milik ify, danmengamatinya beberapa saat. Matanya sibuk mencari-cari alat yang bisa digunakanuntuk ‘mempermak’ benda itu.

“lo mau apa?! Janganrusak barang gue!”

Mario nggak menjawab.Cowok itu terus berjalan mendekati meja belajar ify. Meraih gunting biru yangada diaatas meja belajar cewek itu, dan mulai mengerjakan ‘karya’nya.

Ify mengerjapkanmatanya tidak percaya. Earphone kesayangannya itu sekarang tinggal kerangka.Busa nyaman yang bisa membuat telinga terlindung dan nyaman itu kini lenyapsudah. “Mario.......... aerphone gue......”

“nih pakai. Cobates.” Tanpa bisa berkata apa-apa lagi, ify menurut.

“coba lo ngomong.”Perintah ify.

Mario mengangguk danmengucapkan beberapa kalimat. Ify mengangguk-angguk tanda ia mendengar suaraMario. Setelah selesai dengan alat pendengaran, ify menatap lagi Mario yangmemakai baju serba putih itu. Tidak ada bagus-bagusnya sama sekali.

“em.. Mario, apa lonanti bakal mandi?” tanyanya hati-hati. Mario mengangguk.

“terus, lo pake bajusiapa?”

“nggak tahu.”

Ify melengos. Cewekitu bangkit dari duduknya dan mulai mengobrak-abrik lemarinya. Mengeluarkanbeberapa potong kaus oblong kebesaran miliknya, dan beberapa celana trainingpanjang yang ia punya. Ify memang cewek. Tapi baju dan barang-barangnyadirumah, tidak ada yang bernuansa cewek sedikitpun. Hamper semua barang yangada dikamarnya itu berbentuk kodok hijau yang –menurutnya sendiri- lucu.

Kamar yang didominasidengan warna hijau muda dan berpadu putih untuk ujung-unung pelapon, aksesorisyang serba kodok. Mulai dari jam dinding, jam waker, lampu belajar, pulpen,penghapus, dan keranjang baju. Semua berbentuk kodoh! Sepatu keds yang menumpukdi rak sepatunya pun semua bergaya simple. Nggak ada high heels satupun disana.

“nah! Ini baju-bajugue. Sebenernya rada nggak ikhlas kalo berbagi sama setan kayak lo..........”

“gue bukan setan!”potong Mario cepat.

Ify Cuma cengengesannggak jelas. “ya apalah itu maksud lo... gue Cuma punya ini. masalah yang lainitu urusan lo sepenuhnya.”

Mario mengangguk.“makasih Fy.”

“sama-sama. Sekarang,lebih baik lo keluar dari kamar gue. Gue capek. Mau tidur. Sana.”

Saat ingin mendorongtubuh tegap itu keluar, tangan ify tidak menyentuh apapun. Ify baru sadar,kalau Mario itu tembus pandang dan tidak bisa disentuh. “hehe.. gue lupa kalolo setan.”

Mario mendengus. Lalumenjitak kepala ify keras. Ify terkejut. Kenapa Mario bisa menyentuhnya,sedangkan dia tidak bisa?

“kok elo bisa jitakgue sih?! Nggak adil banget!!” protes ify. Mario hanya mengangkat bahu danmulai berjalan kearah pintu. Keluar kamar tanpa membuka pintu terlebih dahulu.

“serius. Demi apapunyang ada didunia ini.... gue nggak nyangka bakal berurusan sama setan....”

Tanpa memperdulikanlagi Mario yang entah kemana itu, ify masuk kekamar mandi untuk membasuhbadannya yang penuh keringat. Lalu tidur dengan tenang diatas ranjangnya yangbersih dan dingin.

                                                                               
                                                                                                *****

Gradasi warna langityang indah itu menyambut ify dari tidurnya. Cewek itu mengerjapkan matanyabeberapa kali, dan mulai menatap keluar jendela. Hari sudah menjelang malam. Denganmalas, ify keluar dari kamarnya, dan menatap deva yang sedang asyik bermain PSdibawah.

Secepat kilat cewekitu menuruni tangga dan duduk tepat disebelah adiknya. Ify meraih satu stik PSyang menganggur disebelah deva, dan menyetop permainan adiknya seenak judat.“ulang lagi dev. Kita bettle!”

“ah rese lo! Padahaldikit lagi gue menang. Dasar pengganggu!!”

Ify terus memencetbeberapa tombol di stik PS nya dan memulai permainan tanpa sepengetahuan deva.Cowok bermata belo itu semakin kesal saat ify berhasil membobol gawangnyadengan mulus. “curang lo!”

“bodok ah. Elo sih.Ngomel mulu.”

“awas aja lo!”

Setengah jam berlalu.Ify dan deva masih saja berkutat dengan stik PS masing-masing. Skor masihsaling mengejar. Sesekali ify menghentakkan kakinya kesal saat deva berhasilmembobol gawang miliknya. Disertai seringaian deva yang sengak, kalau berhasilmengalahkan kakaknya itu. Hingga saat yang sangat tidak diinginkan itu datang.Dimana telinga mereka yang tidak berdosa menjadi sasaran kekesalan sang mama.

“kalian nggak liatjam ?! mandi sana!!”

“aduh ma..ampun..ampun. iya ify mandi. Serius deh.”

Deva menganggukmenyetujui kata-kata kakaknya.

“cepat sana!”

“iya mamaaaaa.”Dengan satu gerakkan cepat, deva dan ify berlari kekamar masing-masing. Sebelummasuk, mereka sempat ber high-five ria. Merayakan keberhasilan karena telahlepas dari sang mama.

Ify masuk kekamartanpa beban. Cewek itu hampir saja pingsan saat melihat Mario sudah berdirididepannya dengan baju kaos kebesaran pinjaman ify, dan celana training yangsedikit naik karena kependekan. Cowok itu tersenyum manis kearah ify. Tapi Ifymenatapnya malas. Cewek itu memutar kedua bola matanya malas. Lalu beralihkelemarinya untuk mengambil baju ganti.

Mario memperhatikanify lamat-lamat. Sampai cewek itu berbalik dan menatapnya heran. “kenapa? Ohiya, lo makan nasi?”

“nggak. Gue nggakmakan.”

“oh baguslah.”


                                                                                                ****


Ify turun kebawahdengan baju tidur, lengkao dengan sandal bebentuk kodok yang berbulu. Sandalkesayangannya. Dilehernya ,melilit earphone merah metalik yang tadi sudahdisulap Mario menjadi bahan komunikasi antara mereka berdua. Tadi sih ify nggakmau bawa benda itu  untuk makan.Bisa-bisa dicurigai keluarganya. Tapi Mario ngotot nyuruh ify buat membawabarang antic itu saat makan malam.

Sampai dimeja makan,ify menarik salah satu kursi yang ada disebelah deva. Mengambil piring danmengisinya dengan menu makan malam yang tersedia.

“makan yang banyakfy.” Sang papa menatap anak sulungnya dengan tatapan hangat. Ify mengangguk danmulai menyuap makanannya kemulut. Deva sudah asyik dengan makannanya sejaktadi.

ify hamper saja mati tersedak,kalau saja sang mama tidak menyodorkannya segelas air minum. Mario tiba-tibasaja duduk disebelah mamanya. Tepat didepan ify, sambil nyengir tanpa dosa. Ifylangsung menghentikan kegiatannya dan memelototi Mario ganas.

“mau ngapain lo?”desisinya pelan. Berusaha agar tidak terdengar oleh yang lain.

“nemenin lo makan.”Jawabnya tenang. Ify langsung naik darah. Ingin rasanya cewek itu menimpukMario dengan garpu yang sedang dipegangnya. Tapi urung, karena ingat Mario itutembus pandang dan sentuhan(?).

Tampak mama ifybangkit dari duduknya dan berjalan kearah dapur. Tanpa memperdulikan ify yangberbicara sendiri, dan tatapan heran suaminya saat melihat putrid sulungmereka.

Ify menghela nafasberat berusaha meredamkan emosinya. “ntar kalo mereka liat gimana? Balik kekamar gih....”

Pak Ryan menatap ifydengan satu alis terangkat. “bicara sama siapa fy?”

Ify gelagapan setengahmati. Bingung ingin menjawab apa. Tiba-tiba saja deva sadar dan menatap ayahnyadengan penuh keyakinan sambil bilang, “kak ify demam pa. Dia ngigo ngeliatsetan dikamarnya. Padahal nggak ada apa-apa.”

Mario terkikik gelimendengar penjelasan deva. Muka ify sekarang sudah merah seperti kepitingrebus. Setengah malu setengah marah. Saat ingin membalas perkataan adiknya, tiba-tibasaja sang mama berteriak dari arah dapur.

“pa! Papa!!”

Pak Ryan dan keduaanaknya saling tatap. Lalu tanpa banyak bicara, mereka langsung meninggalkanmeja makan menuju dapur. Betapa terkejutnya mereka saat melihat...

Bersambung..

Komentar

Postingan Populer