Not Easy [Sinopsis + Prolog]
Sinopsis [Not Easy]
“Harusnya gue nggak telat, harusnya gue nggak ke pos satpam dan ketemu si Angel, harusnya gue nggak berurusan sama Rio! Harusnya gue nggak gini!” teriak Ify histeris.
Sivia menatap teman sebangkunya itu nanar. Dengan lembut, ditariknya Ify kedalam dekapannya. “Sabar Fy, mungkin ini takdir.” Didalam hati, Sivia merutuki kebodohannya karena telah berkata seperti itu. Dia tahu Ify frustasi. Terror dari Rio memang benar-benar gila!
Semua berawal dari terlambatnya Ify datang saat MOS berlangsung. Dilanjutkan dia yang diperintah para senior untuk segera pergi ke pos satpam dan bertemu Angel –salah satu pengurus OSIS—Dan berujung dengan Terror si ketua OSIS brengsek macam Rio itu! Semua bayanga-bayangan indah masa SMU langsung lenyap begitu saja dari benak Ify. Digantikan dengan rentetan kejadian yang menguras seluruh emosi dan perasaannya!
[Prolog]
Ify kembali mematut dirinya didepan cermin. Setelah yakin dandanannya lengkap, cepat-cepat cewek itu meraih tas karungnya dari atas tempat tidur, mengecek isinya, lalu bergegas keluar kamar. Ify melirik jam tangan putihnya yang melingkar manis dipergelangan tangannya itu. Pukul 06.25. berarti, 5menit lagi MOS hari terakhir akan dimulai. Dengan kalap, cewek itu meraih satu roti bakar yang ada diatas meja makan, dan meneriaki nama kakaknya.
“Kak Riko!! Buruan! Gue telat nih.”
“Sabar Fy!”
Walaupun dongkol, Ify tetap menunggu kakak laki-lakinya yang pemalas. Sambil bersungut-sungut, Ify sesekali menggigit roti bakarnya dan mengunyahnya dengan emosi yang siap meledak. Tak lama kemudian, Riko datang dengan celana pendek coklat dan kaos hijau bergambar metal di depannya.
“Buruan!” Seru cewek itu sekali lagi. Riko menghela nafas berat. “Udah minta tolong, bawel pula.” Gerutu Riko malas.
Limabelas menit kemudian, Ify sudah berdiri tepat didepan gerbang sekolahnya yang sudah hampir sepi dan hanya menyisakan 2 orang senior yang bertugas menjaga gerbang. Sambil menghela nafas pasrah, Ify berpamitan pada sang kakak. “Gue duluan.”
Riko hanya mengangguk bingung. Tapi detik berikutnya, cowok itu sudah menstarter gas nya, dan menghilang bersama motor besar miliknya ditikungan depan. Ify menghela nafas sejenak sebelum akhirnya melangkah gontai menuju gerbang.
2 orang senior yang sejak tadi sedang menunggu-nunggu mangsa dibalik tembok pagar, akhirnya berbinar saat mendapati Ify yang tengah berjalan gontai menuju kearah mereka. Dengan sigap, kedua cewek itu langsung memasang tampang yang sebisa mungkin terlihat garang. Sambil menggigit bibir bawahnya, Ify terus maju, dan berhenti tepat satu meter didepan seniornya.
“Dari mana lo?” Tanya si Rambut ikal, yang sedang memegang tongkat kayu yang baru saja di pungutnya dari bawah pohon tadi.
“Rumah kak.”
“Bukan gitu. Maksud dia itu dari mana, kenapa sampe telat?!” Bentak si cewek pirang dengan ganas. Ify menghela nafas sejenak. “Kesiangan kak.”
Kedua cewek itu saling tatap. Tapi detik berikutnya, senyum mereka merekah lebar. “Lo ke pos satpam sana. Temuin Angel.”
Ify meneguk ludah. Angel? Siapa yang tidak tahu cewek itu? Cewek beken yang menjabat jadi bendahara OSIS itu terkenal dengan ide-ide jahilnya yang mampu membuat junior mati kutu dan mati malu. Tantangan yang diberikan Angel pasti nggak tanggung-tanggung. Batle basket lah, batle futsal lah, sampe batle-batle lain yang lebih menyakitkan dan –tentu saja—memalukan dari ini!
Sambil terus berdoa dalam hati, Ify melangkahkan kaki-nya menuju pos satpam. Tak lama kemudian, dia sudah sampai didepan muka Angel. Si senior yang hobi ngerjain juniornya dengan berbagai tantangan yang nanti bakal bikin heboh seluruh dunia. Ify meneguk ludahnya sebentar sebelum akhirnya membuka mulut.
“Kak Angel..”
Angel menoleh. Kedua alisnya tampak bertaut saat menatap Ify. Tapi beberapa saat kemudian dia langsung paham dengan cara mengangguk-anggukkan kepalanya. “Telat ya?” Tanyanya lembut. tapi ditelinga setiap Junior, suara lembut itu bagaikan petir yang menyerang disiang bolong. Serius. Ngeri banget! Ify hanya mengangguk pasrah.
“Lo mau gue hukum?” Ify melongo. “Ngg.. kalo bisa nggak mau kak..”
“Yaudah kalo nggak mau. Lo sini deh,” Angel menggerak-gerakkan tangannya, mengisyaratkan agar Ify segera mendekat kearahnya. Walaupun masih bingung, Ify tetap mengikuti instruksi Angel. Hari terakhir MOS ini memang Cuma ada sesi tanda tangan.
Angel mengedarkan pandangannya keseluruh lapangan. Mencari-cari siapa yang pantas untuk dijadikannya umpan kali ini. Kedua mata bulat cewek itu sampai disatu titik. Dimana ‘sang titik’ tampak sedang duduk manis dibawah pohon. Tangan kokohnya sibuk menandatangani buku-buku setiap siswa yang disodorkan dengannya. Sedangkan ketiga jongosnya sedang sibuk memilih-milih berbagai makanan yang tertempel di Name tag setiap anak.
Ify menelan ludah. Mendadak firasatnya menjadi tidak enak. Angel sudah mengembangkan senyum evilnya saat menyadari apa yang harus ia perintahkan pada junior satu ini. Angel menoleh. “Sini telinga lo.” Ify menurut.
“APA?!” Teriak Ify spontan. Beberapa murid yang lewat disekitar pos satpam kontan menoleh kaget. Angel hanya tersenyum tipis. Tidak begitu kaget dengan reaksi yang diberikan Ify.
“Udah sana,”
“Tapi kak..”
Angel mendengus. “Lo nggak mau kena hukum kan? Yaudah sana lakuin yang gue suruh. Jarang-jarang tuh bisa nyium pipi si Rio. Rejeki buat lo.”
Dengan pasrah, Ify akhirnya melangkah ke samping lapangan. Tenang Fy, tenang. Lo Cuma perlu cium secepat kilat. Nggak usah lama-lama.. lo bisa Fy. Katanya dalam hati.
Sampai ditempat, Ify hanya bisa mematung. Diam tak bergerak. Matanya menatap Rio lurus-lurus. Ify menoleh kearah Angel dengan takut-takut. Seniornya itu sedang mengulum permen lollipop sambil menatapnya tajam. Seolah-olah menyuruhnya untuk segera melakukan apa yang harus ia lakukan. Ify hanya bisa mengangguk lemah.
Perlahan, cewek itu berjalan mendekati Rio. Tepat setelah berdiri disamping kanan cowok itu, Ify menarik nafas dalam-dalam. Mencoba mengatur detak jantungnya yang sudah bekerja diatas batas normal. Setelah yakin akan keputusannya untuk menjalankan ‘hukuman’ Angel, Ify maju lagi, selangkah lebih dekat.
Cup!
Dapat! Secepat kilat cewek itu langsung menjauhkan bibirnya dari pipi Rio. Semua yang menyaksikan hanya bisa terperangah. Syok dengan apa yang baru saja mereka lihat. Sedangkan Rio, yang tadinya sedang asyik menandatangani buku-buku juniornya, mendadak langsung berhenti. Cowok itu mematung. Merasakan pipinya panas. Tatapannya yang datar berubah menjadi marah. Rahangnya terkatup keras, dan menambah kesempurnaan kemarahan cowok itu.
Melihat itu, Ify langsung berinisiatif untuk segera hengkang dari tempat itu. Buru-buru cewek itu balik badan. Tapi sayang, baru berhasil melangkah dengan satu kakinya, salah satu lengannya sudah dicengkram keras oleh satu tangan raksasa. Ify meringis. Pelan-pelan, ia membalikan badannya. Muka Ify mendadak pucat saat mengetahui siapa yang telah mencegatnya.
Rio berdiri dengan tubuh menjulang tepat didepan matanya. Kedua mata elang itu menghujamnya dengan kilat kemarahan yang tergambar jelas. Suara gemertak gigi cowok itu juga terdengar mengerikan ditelinga Ify. Hening. Tidak ada yang berani menghasilkan suara. Rio masih terus menghujam Ify dengan tatapan membunuh.
Perlahan, cowok itu membungkukkan badannya guna mensejajarkan wajahnya dan wajah adik kelasnya ini. “Lo ngapain?” Desisnya dngan nada yang bisa buat merinding seketika. Ify masih diam. Bibirnya mendadak kelu.
“Lo ngapain?” Tanya Rio sekali lagi.
“Ng.. itu.. anu kak.. saya disuruh kak Angel..”
Rio mendengus. Dialihkannya pandangannya kearah Angel. Teman seangkatannya itu hanya mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk tanda ‘V’, meminta berdamai. Sial! Maki Rio dalam hati.
“Lo tau apa akibat dari perbuatan lo ini? hmm?”
Ify hanya menggeleng pasrah tanpa mampu lagi berkata-kata. Cengkraman tangan Rio semakin kuat. Ify merasakan aliran darahnya mendadak berhenti.
“Karena lo jual, gue beli!”
Rio menundukkan kepalanya lebih dalam. Ify hanya bisa memejamkan matanya pasrah. Tidak ada satupun orang yang berani menolongnya. Hingga sebuah teriakkan melengking itu terdengar, dan membuat Rio reflex menjauhkan mukanya dari muka Ify.
“STOP!”
Seorang gadis berambut sebahu langsung berlari kearah TKP. Menarik paksa lengan Ify yang bebas agar mendekat kearahnya, dan menatap Rio dengan raut wajah tidak suka. Melihat itu, Rio jadi geram sendiri.
“Kembaliin dia!”
Gadis itu tersenyum simpul. Dibalasnya tatapan Rio menantang. “Kembaliin? Emang dia punya lo? Barang lo?”
Rio semakin geram. Baru saja cowok itu akan maju untuk membalas, sebuah punggung lebar sudah lebih dulu menutupinya. “Nggak usah main kasar bos. Dia cewek, adik kelas pula.”
“Gue nggak peduli, Gabriel. Dia yang mulai!”
Dengan kalap, Rio berusaha mati-matian meraih pergelangan tangan Ify. Sivia –gadis yang menyelamatkan Ify tadi—juga mati-matian menghalangi tubuh mungil temannya. Sedangkan Ify sendiri sudah terisak dibelakang punggung Sivia.
Setelah usaha mati-matiannya gagal, Rio akhirnya menyerah. Ditatapnya Sivia tepat dimanik mata. “Lo yang mau main sama gue. Jangan salahin gue kalau temen lo itu kenapa-napa!” setelah mengucapkan itu, Rio membanting buku yang sedari tadi dipegangnya, berbalik badan dan segera meninggalkan TKP yang dipenuhi dengan orang-orang kepo itu. Langkahnya terdengar mengerikan.
Sedangkan Sivia langsung menoleh kearah Ify yang sedang terisak hebat dibelakangnya, “Lo nggak papa?”
Ify hanya menggeleng lemah. Masih syok dengan kelakuan Rio yang diluar perkiraannya. Ketua OSIS kok temramental sih?!
Dan mulai dari situlah, Sivia dan Ify terjebak dalam sebuah masalah yang menguras emosi dan tentu saja energy mereka. Berurusan dengan Rio dan jongos-jongosnya itu membuat Ify dan Sivia harus waspada setiap berada di sekolah. Penuh dengan ketegangan, dan jauh dari kata bebas...
Eh, ini rencana bakal di post di blog aja. Gue rada males nge-post di FB. Kalo di blog kan gue (InsyaAllah) aktif terus, jadi mungkin gue bisa post 2x seminggu. Kalo di FB gue nggak janji. Males ON masalahnya hehe. Tag? Comment aja. Tapi part 1-end di blog ya:-)
@artsitaaa
http://www.sekelumitkisahklasik.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar